Grid.ID - Aneksasi Rusia di Semenanjung Crimea milik Ukraina pada 2014 membuat Eropa sempat 'berkeringat dingin' akan pecahnya perang.
Maklum, sejak Perang Dunia II kondisi Eropa aman-aman saja meski ada pembantaian di Bosnia mereka tak peduli.
Namun ketika Rusia mulai bergerak, negara-negara Eropa mulai was-was.
Agresi pertama Rusia ialah mencaplok Crimea yang buat Ukraina berang bukan main.
Baca Juga : PM Mahathir : Warga Malaysia Malas Tak Mau Kerja Keras, Hanya Ingin Dibantu
Cara agresinya sama seperti perang Ossetia Selatan tahun 2008.
Saat merebut Crimea, Rusia 'menggunakan' separatis di wilayah utara Ukraina untuk bertempur melawan tentara pemerintah.
Separatis tersebut langsung didukung oleh pihak Rusia yang mengirimkan logistik, senjata hingga tentaranya yang menyamar sebagai anggota separatis.
Baru-baru ini, Minggu (25/11) AL Rusia bersitegang dengan AL Ukraina di Selat Kerch.
Baca Juga : Kangsadal Pipitpakdee, Mantan Istri Sultan Muhammad V yang Diduga Cerai Karena Tindak Kekerasan Rumah Tangga
Akibatnya AL Rusia menangkap tiga kapal militer Ukraina.
Insiden ini membuat Presiden Oetro Poroshenko berang bukan main.
Ia berniat memberlakukan UU darurat dan menyiagakan pasukannya untuk siap perang dengan Rusia.
Eropa kembali terancam perang.
Baca Juga : Miris, Putri Jackie Chan Melangsungkan Pernikahan Tanpa Seizin Dirinya
Eropa pantas was-was, walaupun ada anggota NATO disana bukan berarti Rusia tak berani melancarkan serbuan langsung ke Ukraina.
Melansir dari Radio Free Europe, Senin (26/11) dihitung dari anggaran militer saja, Ukraina kalah telak dari Rusia, Rp 1.100 triliun berbanding Rp 23 triliun.
Jumlah personel militer Rusia juga empat kali lebih banyak.
Lalu tank tempur Tentara Merah juga amat banyak yang didukung ribuan pesawat tempur dan kapal perang.
Kalau boleh jujur kekuatan militer Rusia hanya bisa ditandingi oleh China dan Amerika Serikat.
Meski begitu Ukraina masih punya kesempatan walaupun hanya sekedar bertahan untuk tak kalah.
Menurut pakar pertahanan Mark Galeotti dari Center for Global Affairs New York University, setidaknya militer Ukraina punya dua faktor yang membuat mereka solid.
Pertama meningkatnya rasa nasionalisme di insan masyarakatnya semenjak Crimea clash yang membuat mereka berani mati demi negara.
Kedua, militer Ukraina semakin bangga akan identitas mereka sebagai penjaga kedaulatan negara.
"Militer Ukraina sudah mulai bergeser dari akar Uni Soviet-nya. Mereka kini memiliki jiwa korsa yang kuat dan budaya kuat untuk melayani negara," ujar Galeotti.
Bahkan walaupun sedikit mustahil, Ukraina akan dibantu negara-negara NATO dalam menghadapi gempuran Rusia.
Namun tetap saja jika Rusia menyerbu Ukraina bakal terjadi pertempuran berdarah-darah layaknya Battle of Stalingrad tahun 1942-1943 walaupun diprediksi negeri Beruang akan menang.
(Seto Aji/Grid.ID)