Grid.ID - Pernahkah kalian mendengar mengenai wabah penyakit The Black Death?
The Black Death atau Wabah Maut Hitam ialah salah satu wabah terburuk dalam sejarah umat manusia.
The Black Death sendiri membuat ribuan manusia mati secara massal.
Dikutip dari Kompas.com, Senin (26/11) wabah ini menyerang Eropa pada abad ke-14 hingga ke-19, 500 tahun mereka disiksa penyakit mematikan yang belum tahu obatnya.
Baca Juga : Rusia Vs Ukraina Kembali Memanas, Eropa Terancam Terjerumus dalam Perang Besar
Wabah ini sendiri sebenarnya diakibatkan oleh bakteri pestis Yersinia yang menyerang getah bening seseorang.
Getah bening lantas berubah hitam akibat diserang penyakit ini yang masuk melalui kulit.
Bakteri ini disebarkan oleh tikus yang kala itu tumbuh subur di Eropa.
Hewan pengerat itu membawa kutu penyebab bakteri pestis Yersinia dan menjangkiti manusia.
Baca Juga : PM Mahathir : Warga Malaysia Malas Tak Mau Kerja Keras, Hanya Ingin Dibantu
Parahnya, manusia yang terkena wabah ini secara tak sadar menularkan kepada manusia sehat lainnya.
Hal inilah yang menyebabkan kematian massal.
Pernyataan itu diperkuat oleh hasil penelitian dari Katherine Dean, dari University of Oslo.
"Hasil kami mendukung bahwa ektoparasit manusia adalah vektor utama untuk wabah selama pandemi kedua, termasuk maut hitam," seperti dikutip dari CNN.
Baca Juga : Kangsadal Pipitpakdee, Mantan Istri Sultan Muhammad V yang Diduga Cerai Karena Tindak Kekerasan Rumah Tangga
Ilmu medis yang belum maju saat itu mengenai wabah ini malah publik berpikir jika The Black Death adalah kutukan dari dewa atau penyihir.
Bahkan masyarakat Eropa sempat melaksanakan ritual aneh yang dimaksudkan untuk mengusir wabah ini.
Sampai saat ini WHO mencatat nyatanya wabah ini masih ada sampai sekarang meski dalam skala kecil.
Namun endemi sudah berpindah ke Afrika, tepatnya pada 2017 lalu 171 jiwa di Madagaskar mati karena The Black Death. (*)