Grid.ID - Di tengah heboh dugaan suku Mante yang kepergok pemotor trail di kawasan hutan Aceh Besar, kini muncul informasi tentang adanya suku Kemang atau Lecoh di belantara hutan Aceh Singkil.
Suku Kemang dilaporkan pernah terlihat hingga medio 80-an.
Kisah keberadaan suku Kemang di tanah Singkil diceritakan orang tua yang kini usianya di atas 60-an, terutama kakek-kakek yang masa kecilnya tinggal di daerah pinggiran sungai, sebelum pindah ke Singkil Baru saat ini.
“Di daerah kita (Singkil) dulu ditemukan suku Kemang, kalau di Aceh suku Mante,” kata Imam Mustafa (63) saat ditemui di rumahnya, Desa Suka Makmur, Singkil, Minggu (2/4).
(BACA JUGA Bukan Makhluk Ghoib, Netizen Percaya Suku Kerdil Aceh Ini Benar-Benar Ada)
Pernah ditemukan suku Kemang di wilayah hutan Aceh Singkil juga dibenarkan Buya Jalaluddin (66), pimpinan Dayah Ashabul Yamin di Padang Lawas, Desa Kampung Baru, Singkil Utara.
Menurut Buya, suku Kemang merupakan manusia biasa, bukan sebangsa hewan seperti orang utan apalagi makhluk gaib.
“Manusia juga, cuma hidupnya di hutan dan akan menghindar bertemu manusia seperti kita,” ujarnya.
Akan tetapi, bagi orang-orang tertentu termasuk salah satunya Nenek Aceh, bisa berteman dengan suku Kemang.
Nenek Aceh ini merupakan, nenek Buya Jalaluddin, yang semasa hidupnya tinggal di Rantau Gedang.
“Nenek kami bisa memanggil suku Kemang, dengan menaruh makanan kesukaanya. Saya sendiri belum pernah melihat, tetapi setelah dipanggil nenek jejaknya diketahui,” kisah Buya Jalal.
Saat ini, sebut Buya Jalaluddin, tidak ada lagi orang yang bertemu suku Kemang.
(BACA JUGA Fredo Prastana Bungkam Soal Lokasi Pengambilan Video 'Manusia Kerdil' di Aceh, Alasannya Sungguh Mulia!)
Semua yang pernah bertemu telah meninggal dunia yakni orang Ladang Bisik, Kecamatan Singkohor, yang terakhir diketahui bisa berteman dengan suku Kemang, telah tiada sehingga kisahnya hanya cerita dari mulut ke mulut.
Itu pun hanya orang tua lanjut usia yang mengetahuinya.
Ciri-ciri suku Kemang, antara lain tinggi tidak lebih dari semeter, berperawakan kerdil namun tegap, kulit putih, dan gerakannya lincah sehingga ketika bertemu manusia secepat kilat akan lenyap masuk ke dalam hutan.
Kemudian tidak berpakaian serta telapak kakinya terbalik, seolah berjalan mundur.
Untuk ciri terakhir, konon merupakan trik bangsa Kemang menghilangkan jejak dari kejaran manusia umumnya.
Dikisahkan, suku Kemang kerap dijumpai ketika musim panen padi sawah di daerah Suka Makmur, Teluk Ambu, Rantau Gedang, Pasir Terendam serta pesawah lainnya di daerah pinggir sungai medio 1930-an sampai 1980-an.
Warga percaya bahwa orang Kemang datang ke sawah lantaran sama seperti manusia lain suka makan nasi.
Konon ada orang yang berteman dengan suku Kemang, pernah diberi kodon.
Kodon merupakan periuk tempat menanak nasi milik bangsa Kemang yang berbahan kuningan.
Kodon ini ukurannya kecil, tetapi nasi yang dimasak di dalamnya selalu cukup, berapa pun jumlah orang yang makan.
Para leluhur orang Aceh Singkil memercayai bahwa suku Kemang bisa menjaga sawah mereka dari gangguan hama seperti monyet dan babi.
Untuk itulah, menjelang padi bunting warga akan menggelar kenduri adat dengan mamasak kue apam, makanan kesukaan orang Kemang sebagi cara mamanggilnya supaya datang menjaga sawah.
Ritual pemanggilan dilakukan orang-orang yang bisa berkawan dengan suku Kemang, seperti Nenek Aceh.
“Nenek Aceh yang biasa memanggil orang Kemang, dengan menaruh appam dekat sawah. Besoknya akan dilihat oh sudah datang, maka tenanglah, padi tidak akan digganggu hama,” jelas Buya Jalaluddin.
Keberadaan suku Lecoh tidak pernah ditemukan lagi semenjak tahun 1980 ke atas.
Setelah penduduk yang mendiami pinggir sungai pindah ke daratan dan tidak lagi bersawah serta hutan-hutan gundul ketika masyarakat beralih profesi dari bertani ke perambahan hutan seiring masuknya perusahan pemilik hak pengusahaan hutan (HPH) di wilayah Aceh Singkil.
Dalam beberapa literatur suku Kemang diketahui merupakan satu kelompok masyarakat yang terdapat di daerah Taramana, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur.
Jaraknya ribuan kilomter dari Aceh Singkil.
Tidak diketahui hanya kebetulan saja namanya sama atau memang memiliki keterkaitan.
Sedangkan Lecoh merupakan sebutan untuk orang kecil di Melayu (Riau) yang di Aceh disebut suku Mante.
Terlepas apa pun penamaannya, orang bertubuh kecil dipercaya pernah hidup atau masih berada di pedalaman hutan Aceh.
Semoga segera terungkap dan menjadi bagian dari keragaman budaya dan etnis Aceh