Find Us On Social Media :

Kisah TN Pandit, Antropolog India yang Pernah Bertemu dengan Suku Sentinel dan Berhasil Pulang Hidup-Hidup

By Bunga Mardiriana, Rabu, 28 November 2018 | 16:18 WIB

TN Pandit memberi buah kelapa kepada suku Sentinel.

Laporan Wartawan Grid.ID, Bunga Mardiriana

Grid.ID - Seorang antropolog asal India, TN Pandit, pernah bertemu dengan suku terasing di Pulau Sentinel.

Melansir dari Kompas.com, Pandit merupakan salah satu pejabat di Kementerian Suku Terasing India.

Dalam rentang beberapa dekade, Pandit sudah pernah mengunjungi suku yang tinggal dalam pulau terpencil tersebut.

Baca Juga : Dirancang Bertabur Kematian dan Pembunuhan, Simak 5 Fakta Gelap Film Disney The Lion King

Ia bahkan melakukan kontak dengan penduduk suku sentinel dan pulang dalam keadaan hidup.

Suku yang sudah ada sejak ribuan tahun lalu tersebut kembali jadi perbincangan hangat setelah dilaporkan telah membunuh seorang pria Amerika Serikat, John Allen Chau.

Chau mendatangi Pulau Sentinel Utara dalam rangka menyebarkan ajaran agama.

Namun, sejumlah warga suku tersebut justru menyerangnya dengan panah dan membuatnya tewas.

Baca Juga : Unggah Video Sang Anak, Sule Pamerkan Suara Merdu Putri Delina Nyanyikan Lagu Korea

Hingga saat ini jenazah Chau belum bisa diambil dari pulau tersebut.

Pemerintah India kesulitan untuk mengambil jenazah Chau karena Suku Sentinel menguburnya di sana.

Meski Suku Sentinel terkesan kejam, Pandit yang kini telah berusia 84 tahun justru menepis pernyataan tersebut.

Ia mengatakan bahwa anggota suku tersebut adalah warga yang cinta damai.

"Selama kami melakukan interaksi, mereka mengancam kami, tetapi tidak pernah mencapai titik di mana mereka bermaksud membunuh atau melukai. Setiap kali mereka tampak tidak tenang, kami mundur perlahan," ujar Pandit seperti yang dikutip dari Kompas.com.

Baca Juga : Sandiaga Uno Beri Kejutan Romantis di Hari Ulang Tahun Sang Istri

Pandit juga menyatakan rasa belasungkawanya terhadap pria asal Amerika Serikat yang baru-baru ini meninggal disana.

Pada tahun 1967 untuk pertama kalinya Pandit mengunjungi Pulau Sentinel Utara bersama sebuah ekspedisi.

Saat orang asing tiba, Suku Sentinel akan bersembunyi di hutan.

Namun seiring dengan berjalannya waktu, mereka menghadapi orang pendatang baru dengan melepaskan anak panah.

Baca Juga : Dirancang Bertabur Kematian dan Pembunuhan, Simak 5 Fakta Gelap Film Disney The Lion King

Untuk memudahkan interaksi dengan Suku Sentinel, Pandit bersama tim ekspedisinya membawa hadiah berupa panci dan wajan, buah kelapa dan alat-alat seperti palu dan parang panjang.

Ia juga mengajak orang dari suku lain untuk menerjemahkan perkataan penduduk Suku Sentinel.

"Kami membawa serta orang Onge (suku lain di kepulauan Andaman) untuk membantu kami 'menafisirkan' percakapan dan perilaku orang-orang Sentinel," ungkap Pandit.

Baca Juga : Musisi Asal Inggris, Ed Sheeran Bakal Gelar Konser di Jakarta Tahun Depan

Dalam sebuah perjalanannya ke Suku Sentinel, Pandit mengaku pernah diancam oleh seorang anggota Suku Sentinel yang masih muda.

"Ketika saya membagikan kelapa, saya sedikit terpisah dari anggota tim dan saya ternyata bergerak mendekati pantai," ungkap Pandit.

"Seorang pemuda Suku Sentinel menyeringai, menghunus pisaunya dan memberi isyarat kepada saya bahwa dia akan memotong kepala saya. Saya segera berbalik naik perahu dan bergeas pergi."

"Bahasa tubuh anak laki-laki itu sangatlah penting. Dia menjelaskan bahwa saya tidak diterima," pungkas Pandit.

Baca Juga : 5 Fakta Stephen Hillenburg, Pencipta Spongebob Squarepants yang Meninggal karena Penyakit Langka

Sejak saat itulah Pemerintah India akhirnya melarang orang asing bahkan ekspedisi untuk mendekati pulau tersebut.

Karena orang-orang Sentinel sepenuhnya terisolasi dari dunia luar maka mereka tidak memiliki kekebalan terhadap penyakit "orang luar" seperti flu dan campak.

Pandit juga menyatakan bahwa dia mendukung upaya pendekatan yang ramah dengan suku tersebut tanpa membuat mereka terganggu.

"Kita harus menghormati keinginan mereka untuk dibiarkan hidup sendiri," ujar Pandit. (*)