Find Us On Social Media :

Natal 2018: Sejarah Silent Night, Lagu Natal Populer yang Jadi Warisan Budaya UNESCO

By Fahrisa Surya, Kamis, 29 November 2018 | 09:34 WIB

Natal 2018: Sejarah Silent Night, Lagu Natal Populer yang Jadi Warisan Budaya UNESCO

Grid.ID - Silent Night merupakan salah satu christmas carol atau lagu Natal populer yang sering kita dengar menjelang Natal 2018.

Natal 2018 ini, kita bakal mencari tahu sejarah lagu Natal populer, Silent Night yang telah dinobatkan sebagai warisan budaya oleh UNESCO pada tahun 2011 lalu dilansir Grid.ID dari situs Unesco.at.

Lagu natal populer Silent Night sendiri sudah diadaptasi dengan berbagai bahasa, salah satunya lagu Malam Kudus yang sering kita dengar saat perayaan Natal di Indonesia, termasuk Natal 2018 mendatang.

Baca Juga : Natal 2018 : Resep Menu Makan Malam Natal Spesial Berbahan Pasta

Lagu Silent Night yang begitu populer ini tentu memiliki kisah sejarah tersendiri.

Rupanya, lagu ini bermula pada tahun 1818.

Saat itu sekelompok aktor tengah melakukan pertunjukan di kota-kota sekitar Pegunungan Alpen, Austria.

Pada tanggal 23 Desember 1818, mereka tiba di Oberndorf, sebuah desa dekat Salzburg di mana mereka akan mengisahkan kembali kelahiran Kristus di Gereja kecil St. Nicholas.

Sayangnya, alat musik organ milik gereja St. Nicholas tidak berfungsi dan tidak dapat diperbaiki sebelum Natal.

Baca Juga : Natal 2018 : Dari Home Alone sampai Baby's Day Out, Inilah 4 Film yang Sering Diputar Saat Natal

Dikutip dari home.snu.edu, beberapa versi cerita menduga kerusakan ini disebabkan oleh tikus, ada pula yang menyebut karat sebagai penyebabnya.

Karena organ gereja tersebut tidak dapat dipakai, para aktor menyajikan drama Natal mereka di sebuah rumah pribadi.

Bagian pertama pertunjukan Natal itu mengisahkan Matius dan Lukas.

Sang asisten pastor, Josef Mohr, yang tengah dalam mood ingin bermeditasi memilih berjalan-jalan sebelum menuju rumah.

Baca Juga : Natal 2018: Asal Usul Santa Claus dan Transformasinya Hingga Menjadi Seperti Sekarang

Jalan-jalan yang ia lakukan tersebut membawanya ke atas bukit yang menghadap ke desa.

Dari puncak bukit itu, Mohr memandang desa yang tertutup salju yang begitu damai.

Sambil menikmati keheningan malam musim dingin, Mohr menatap ke sebuah kartu Natal.

Ia yang tengah memikirkan pertunjukan Natal tiba-tiba teringat sebuah puisi yang pernah ia tulis beberapa tahun sebelumnya.

Puisi itu adalah tentang malam ketika para malaikat mengumumkan kelahiran Mesias yang ditunggu-tunggu bagi para gembala di lereng bukit.

Baca Juga : Natal 2018: Inilah 7 Makanan Tradisional Natal dari Berbagai Negara di Dunia

Mohr menganggap kata-kata itu bisa menjadi pujian yang baik untuk pertunjukan pada malam Natal berikutnya.

Sayangnya, dia tidak memiliki alat musik yang bisa dibawakan bersama puisi itu.

Keesokan harinya Mohr pergi untuk menemui pemain organ gereja, Franz Xaver Gruber.

Gruber hanya memiliki waktu beberapa jam untuk menghasilkan melodi yang bisa dimainkan dengan gitar.

Akhirnya, Gruber berhasil menyusun notasi musik untuk puisi itu.

Baca Juga : Inilah 6 Lagu Natal 2018 yang Wajib Masuk Playlistmu, Dinyanyikan oleh Sia hingga John Legend

Mereka akhirnya memiliki lagu Natal yang bisa dinyanyikan tanpa alat musik organ.

Pada Malam Natal, jemaat kecil Oberndorf mendengar Gruber dan Mohr menyanyikan lagu baru mereka dengan iringan gitar Gruber.

Beberapa minggu kemudian, ahli organ terkenal Karl Mauracher tiba di Oberndorf untuk memperbaiki organ di gereja St. Nicholas.

Ketika Mauracher selesai, dia mempersilahkan Gruber mencoba alat musik tersebut.

Ketika Gruber duduk, jari-jarinya mulai memainkan melodi sederhana yang ditulisnya untuk puisi Natal Mohr.

Baca Juga : Natal 2018, Berikut 5 Inspirasi Pohon Natal yang Murah Namun Terkesan Mewah

Karena terkesan dengan lagu tersebut, Mauracher meminta salinan musik tersebut dan menulis judul Stille Nacht dalam bahasa Jerman (Silent Night) untuk dibawa kembali ke desanya di Kapfing.

Di sana, dua keluarga penyanyi terkenal, Rainers and the Strassers mendengarnya. Terpikat oleh lagu "Silent Night," mereka memasukkan lagu baru tersebut ke dalam repertoar musim Natal mereka.

Suster-suster Strasser kemudian menyebarkan lagu ini di Eropa utara.

Pada tahun 1834, mereka menyanyikan lagu Silent Night untuk Raja Frederick William IV dari Prussia, dan dia kemudian sang raja memerintahkan paduan suara katedralnya untuk menyanyikannya setiap malam Natal.

Baca Juga : Bak Negeri Dongeng, Inilah 5 Destinasi Wisata Musim Dingin untuk Merayakan Natal 2018

20 tahun setelah Silent Night ditulis, Rainers membawakan lagu itu ke Amerika Serikat, dan menyanyikannya dalam bahasa Jerman di Alexander Hamilton Monument yang terletak di luar Gereja Trinity New York City.

Pada 1863, hampir lima puluh tahun setelah dinyanyikan pertama kali dalam bahasa Jerman, Silent Night kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris (oleh Jane Campbell atau John Young).

Delapan tahun kemudian, versi bahasa Inggris itu dicetak dalam Hymnal Sekolah Minggu Charles Hutchins.

Hingga hari ini lagu Silent Night sudah bergema di lebih dari 300 bahasa yang berbeda di seluruh dunia, termasuk Malam Kudus yang sering kita dengar setiap Natal. (*)