Laporan Wartawan Grid.ID, Novita D Prasetyowati
Grid.ID - Terdapat berbagai tradisi perayaan natal di Indonesia yang unik dan menarik, salah satunya meledakkan meriam bambu.
Pada perayaan natal 2018 ini, tidak ada salahnya kamu mengenal 7 tradisi perayaan natal dari berbagai daerah di Indonesia.
Keberagaman suku dan budaya membuat suatu tradisi perayaan natal 2018 di berbagai daerah Indonesia dirayakan dengan caranya masing-masing.
Baca Juga : Natal 2018, Intip 5 Dekorasi Natal Murah Meriah Untuk Rumah Mungil
Perayaan natal yang tidak lama lagi akan dirayakan seluruh umat kristiani di seluruh dunia pada 25 Desember ini identik dengan pohon natal.
Natal tak hanya identik dengan pohon natal, tetapi juga perayaan tradisi dari berbagai daerah di Indonesia.
Dilansir Grid.ID dari berbagai sumber, berikut ini 8 tradisi natal dari berbagai daerah di Indonesia.
Baca Juga : Natal 2018: Sejarah Silent Night, Lagu Natal Populer yang Jadi Warisan Budaya UNESCO
1. Tradisi Rabo-Rabo di Jakarta
Tradisi Rabo-rabo merupakan ritual yang biasa dilakukan masyarakat Komunitas Tugu, Semper Barat, Kecamatan Kota.
Warga Kapung Tugu merupakan keturunan orang Portugis yang dijadikan pekerja dan serdadu di zaman Belanda.
Lebih dari ratusan tahun mereka menetap di kawasan Semper, Jakarta Utara dan telah berakulturasi dengan penduduk lokal.
Baca Juga : Natal 2018 : Resep Menu Makan Malam Natal Spesial Berbahan Pasta
Melansir dari laman kompas.com, Ketua Ikatan Keluarga Besar Tugu (IKBT), Erni Lissie Michiele (68) mengungkapkan tradisi Rabo-rabo sudah lama sekali dilakukan.
"Jadi kita berkunjung ke rumah sanak keluarga, ke tetanga kita. Setiap mampir ke rumah, nanti ada satu yang ikut. Sampai nanti ke rumah terakhir," ucap Michiels.
Rabo-rabo diambil dari bahasa Portugis yaitu kata Rabo yang berarti mengekor.Oleh karena itu, tradisi ini diawali dengan mengunjungi beberapa gereja di sekitar Kampung Tugu.
Baca Juga : Natal 2018 : Dari Home Alone sampai Baby's Day Out, Inilah 4 Film yang Sering Diputar Saat Natal
Tak hanya gereja, para umat Kristiani juga mengunjungi rumah warga satu persatu sambil menyanyi dan menari diiringi musik tradisional Keroncong Tugu.
Uniknya, ketika sampai rumah warga mereka akan langsung berciuman pipi kiri dan kanan dengan keluarga rumah yang didatangi, bernyanyi, berjoget, sembari makan camilan, dan minum.
Setelah selesai dua sampai empat lagu yang diiringi lantunan musik lincah, mereka siap bergeser ke rumah warga lain.
Baca Juga : Natal 2018: Asal Usul Santa Claus dan Transformasinya Hingga Menjadi Seperti Sekarang
Namun, sebelum melaksanakan Rabo-rabo, para umat kristiani terlebih dahulu akan melaksanakan kebaktian doa atau ibadah bersama di gereja.
Warga yang rumahnya dikunjungi harus keluar rumah dan ikut mengekor pada rombongan, bergabung untuk menyanyi dan menari sambil mengunjungi rumah berikutnya.
2. Tradisi Kunci Taon di Manado
Tradisi Taon merupakan acara penutupan dari rangkaian perayaan Natal yang diselenggarakan sejak 1 Desember.
Baca Juga : Natal 2018: Inilah 7 Makanan Tradisional Natal dari Berbagai Negara di Dunia
Kunci taon merupakan pawai keliling kampung dengan berbagai kostum lucu yang biasa diadakan pada minggu pertama bulan Januari.
Terdapat pawai Sinterklas yang dilakukan oleh para pemuda Manado sambil membagian hadiah kepada anak-anak.
Penutup acara itulah yang dikenal dengan sebutan Festival Kunci Taon.
3. Lovely December di Toraja
Baca Juga : Natal 2018, Berikut 5 Inspirasi Pohon Natal yang Murah Namun Terkesan Mewah
Pada tahun 2017 lalu, Pemkab Toraja mengadakan sebuah festival budaya dan pariwisata bertajuk "Lovely December".
Festival ini dimulai sejak awal bulan Desember hingga malam puncak pada 26 Desember dengan kegiatan arak-arakan yang disebut lettoan.
Acara tersebut menyuguhkan aneka festival bertema budaya seperti pameran kuliner dan kerajinan daerah.
Baca Juga : Bak Negeri Dongeng, Inilah 5 Destinasi Wisata Musim Dingin untuk Merayakan Natal 2018
Tak hanya itu, terdapat kegiatan perlombaan rakit tradisional dan pagelaran kerajinan bambu.
4. Gereja Penjor di Bali
Penjor merupakan bambu yang dihiasi janur (daun kelapa muda) sebagai ornamen khas Bali.
Biasanya gereja-gereja yang ada di Bali sering dihiasi penjor pada Hari Natal.
Baca Juga : Jelang Libur Natal 2018, Berikut 5 Rekomendasi Hotel Murah di Yogyakarta yang Ramah Kantong Backpacker
Tak hanya itu, para umat kristiani Bali juga mengenakan pakaian adat Bali, yaitu kebaya, selendang, dan kain kamen dengan warna hitam-putih.
Seperti yang diwartakan Kompas.com, penjor atau "menjor" merupakan tradisi yang sudah berlangsung turun temurun sejak tahun 1935 silam.
Tradisi tersebut merupakan bentuk asimilasi antara kebudayaan Nasrani dan Hindu Bali.
5. Meriam Bambu di Ambon
Baca Juga : Jelang Natal 2018, Simak 6 Makna Hiasan Pohon Natal, dari Lonceng Kecil hingga Burung Merpati
Tradisi selanjutnya yaitu meriam bambu yang ada di Ambon dan Flores, NTT.
Biasanya, di setiap sudut kota pada malam Natal akan dipasang meriam bambu yang kemudian akan diledakkan pada malam perayaan Natal.
Peledakan meriam bambu tersebut juga dibarengi dengan permainan kembang api.
Baca Juga : Hari Raya Natal 2018: 9 Tradisi Unik saat Natal di Norwegia, dari Sembunyikan Sapu hingga Nonton Kartun Kuno
Namun uniknya, tradisi ini bermula dari budaya Mangarai sebagai pertanda seseorang meninggal dunia agar orang-orang di tempat lain mengetahui.
6. Tradisi Marbinda di Sumatera Utara
Berbeda dengan tradisi lainnya, di Sumatera Utara para umat kristiani melakukan tradisi menyembelih seekor hewan yang dilakukan bersama dengan sekelompok masyarakat.
Biasanya hewan yang disembelih merupakan kesepakatan menabung bersama antara sejumlah orang dari beberapa bulan sebelumnya.
Namun biasanya, binatang yang disembelih antara lain kerbau atau babi.
7. Wayang Kulit Kelahiran Yesus di Yogyakarta
Di Yogyakarta, terdapat pagelaran wayang kulit yang mengangkat kisah kelahiran Yesus.
Baca Juga : Hari Raya Natal 2018 - 10 Ucapan Selamat Natal dalam Bahasa Inggris, Cocok untuk WA, FB, dan Instagram
Sebagai kota yang dikenal sarat nilai budaya, perayaan natal di Yogya diwarnai hal-hal berbau adat dan budaya seperti pengenaan pakaian adat khas Yogyakarta.
Pakaian adat dikenakan yaitu beskap dan blangkon pada Pastor dan Pendeta saat perayaan Misa.
Selain mengenakan pakaian khas Yogyakarta, para pastor dan pendeta pun berkhotbah dalam bahasa Jawa halus.
8. Tradisi Barapan di Papua
Baca Juga : Kali Pertama Rayakan Natal Setelah Bercerai, Gisella Anastasia dan Gading Marten Masih Bingung
Tradisi barapen atau yang biasa disebut tradisi bakar baru merupakan ritual kuliner sebagai ungkapan kebahagiaan Natal di Papua.
Dilansir Grid.ID dari laman Tribunnews.com perayaan yang biasa dilakukan masyarakat kristiani di wilayah ujung timur Indonesia tersebut dimaksudkan sebagai ugkapan rasa syukur, kebersamaan, dan saling berbagi setelah pelaksanaan Misa atau ibadah Natal di gereja.
Sebelum perayaan Misa, mereka akan bersama-sama memasak daging babi, ubi, kangkung, pepaya, dan pelengkap lainnya pada lubang yang berisi batu panas membara.
Proses pemasakan yang dilakukan sekitar setengah hari tersebut juga mampu menyatukan ikatan silaturahim antarwarga.
(*)