Find Us On Social Media :

Kisah 4 Pilot yang Mampu Selamatkan Pesawat dengan Pendaratan Darurat Menegangkan, Ada yang dari Indonesia

By Agil Hari Santoso, Jumat, 30 November 2018 | 15:25 WIB

Kisah 4 Pilot yang Mampu Selamatkan Pesawat dengan Pendaratan Darurat, Ada yang dari Indonesia

1. Kapten Abdul Rozak

Tanggal 16 Januari 2002 menjadi hari yang tak terlupakan bagi Kapten Abdul Rozak.

Pasalnya, pada hari itu pesawat b737-300 Garuda Indonesia GA421 yang ia bawa harus mendarat darurat di sungai Bengawan Solo.

Pesawat dengan rute Lombok - Yogyakarta yang dipiloti Kapten Abdul Rozaq ini membawa 54 penumpang dan 6 kru.

Mengutip Kompas, mesin pesawat yang dibawa Kapten Abdul Rozak mati tiba-tiba di ketinggian 18 ribu kaki.

Baca Juga : Pilot Ketiduran, Pesawat Di Australia Ini Kebablasan Hingga 46 Kilometer dari Bandara!

Kedua mesin pesawat mati karena pesawat harus menembus badai hujan dan es.

Saat berada di ketinggian 8 ribu kaki, Kapten Abdul Rozak melihat alur anak sungai Bengawan Solo.

Karena mesin pesawat yang tak kunjung menyala, Kapten Abdul Rozak memutuskan untuk melakukan pendaratan darurat, tanpa mengeluarkan roda maupun menjulurkan sayap.

Keputusan krusial yang diambli Kapten Abdul Rozak mampu menyelamatkan seluruh penumpang.

Namun sayang, seorang kru pesawat meninggal dunia, diduga akibat terbentur saat pesawat mendarat.

Baca Juga : Jenazah Pilot Lion Air JT 610, Bhavye Suneja Dikremasi, Begini Kenangan Manis dari Sang Direktur

2. Kapten Chesley Sullenberger atau Sully

Kapten Chesley Sullenberger atau yang akrab dipanggil Sully, memiliki kisah yang sama dengan Kapten Abdul Rozak.

Kapten Sully melakukan pendaratan darurat di Sungai Hudson, New York, Amerika Serikat.

Ditemani kopilot Jeff Skiles, Kapten Sully menerbangkan pesawat US Airways 1549 dari bandara New York menuju North Carolina pada 15 Januari 2009.

Membawa 150 penumpang dan 5 kru, pesawat yang dibawa Kapten Sully mengalami mati mesin setelah menabrak seekor burung.

Baca Juga : Jenazah Pilot Lion Air JT 610, Bhavye Suneja Dikremasi, Begini Kenangan Manis dari Sang Direktur

Mengutip dari The Guardian, Kapten Sully disarankan untuk kembali ke bandara LaGuardian.

Namun setelah pertimbangan panjang dalam waktu yang sempit, Sully memutuskan untuk melakukan pendaratan darurat di Sungai Hudson.

Kepetusan Kapten Sully itu mampu menyelamatkan seluruh penumpang yang berada di pesawat.

Kisah heroik Kapten Sully ini lantas dibawa ke tanah Hollywood dan dijadikan film yang berjudul Sully: Miracle On The Hudson.

Baca Juga : 125 Korban Pesawat Lion Air Ditemukan, Salah Satunya Jenazah Sang Pilot Bhavye Suneja

3. Kapten Anwar Haryanto

Pada tahun 2009, Kapten Anwar Haryanto mampu lakukan pendaratan darurat penuh resiko di Bandara Hang Nadim, Batam.

Terbang dari Medan dan hendak mendarat di Bandara Hang Nadim, Batam, Kapten Anwar Haryanto mendapati bahwa roda depan pesawatnya tidak dapat keluar.

Mengutip Kompas, Kapten Anwar Haryanto memutuskan untuk berputar 8 kali di udara selama 1 jam 40 menit karena tak bisa mendarat.

Dalam rentang waktu tersebut, petugas bandara mempersiapkan diri untuk pendaratan darurat pesawat Lion Air MD 90 dengan nomor penerbangan JT 972.

Baca Juga : 125 Korban Pesawat Lion Air Ditemukan, Salah Satunya Jenazah Sang Pilot Bhavye Suneja

Pemadam kebakaran bahkan sudah bersiaga di lintasan bandara untuk mengantisipasi hal yang tak diinginkan.

Ketika semua persiapan telah siap, Kapten Anwar Haryanto memutuskan untuk melakukan pendaratan darurat tanpa roda.

Saat mendarat tanpa roda, pesawat bergeser ke sisi kiri runway, bahkan sempat terjadi percikan api saat pendaratan.

Sesaat setelah melakukan pendaratan, pemadam kebakaran yang bersiaga langsung menyemprotkan air ke badan pesawat.

Pendaratan darurat yang dilakukan Kapten Anwar Haryanto berhasil menyelamatkan 162 penumpang dan 4 awak pesawat yang berada di dalam pesawat.

Baca Juga : Lucunya Awal Pertemuan Narji dengan Sang Istri yang Dulunya Pramugari! Dari Nggak Mau Turun Pesawat sampai Dimarahi Pilot

4. Kapten Robert Pearson

Pada 22 Juli 1983, pesawat Air Canada Boeing 767 dengan penerbangan Montreal ke Edmonton, Kanada, mengalami masalah.

Kapten Robert Pearson mendapati bahwa pesawat yang ia bawa kehabisan bahan bakar di ketinggian 41 ribu kaki atau 12 kilometer dari permukaan tanah.

Habisnya bahan bakar ini terjadi saat pesawat yang dibawa Kapten Robert Pearson sudah melakukan sekitar setengah perjalanan.

Habisnya bahan bakar, membuat semua mesin serta panel instrumen kokpit mati.

Baca Juga : Pesawat Meledak dan Jatuh di Hutan, Sang Pilot Berhasil Selamat Setelah 4 Hari Bertahan Hidup dengan Kondisi Mengenaskan

Mengutip Wikipedia, yang tersisa hanyalah instrumen penerbangan yang masih menyala karena baterai darurat pesawat.

Instrumen itu hanya menunjukkan kecepatan pesawat dan lokasi dimana pesawat harus mendarat.

Minimnya informasi tersebut tak membuat Kapten Robert Pearson menyerah.

Dengan pengalamannya menerbangkan glider (pesawat tanpa mesin), Kapten Robert Pearson mampu menerbangkan pesawat Air di udara tanpa mesin.

Baca Juga : Berbincang dengan Hotman Paris, Kapten Pilot Senior Ungkap Dugaan Terhadap Pesawat Lion Air Jatuh

Kapten Robert Pearseon mampu mendaratkan pesawatnya di bekas markas angkatan udara Kanada di Gimli, Manitoba.

Seluruh penumpang pesawat Air Canada, yakni 69 orang, mampu diselamatkan Kapten Robert Pearson.

Insiden unik ini membuat pesawat yang dibawa Kapten Robert Pearson kala itu mendapat julukan Gimli Glider (*)