Grid.ID - Demam teknologi digital juga merambah dunia jam tangan.
Saat ini jam tangan nggak cuma bisa nampilin waktu atau alarm saja.
Jam tangan sudah selayaknya gadget kamu.
(BACA JUGA: WASPADA! Pegang Gadget Terlalu Sering Bikin Perut Buncit, Ini Penyebabnya)
Smartwatch alias jam tangan pintar adalah salah satu jenis wearable device yang banyak dikembangkan vendor gadget.
Tapi tak semua orang merasa butuh atau mengerti kegunaannya, bahkan seorang petinggi perusahaan teknologi sekalipun.
Seperti misalnya CEO Huawei Eric Xu yang pekan ini berbicara di panggung acara Huawei Analyst Summit 2017 di Shenzhen, China.
Dia mengutarakan pendapat pribadinya saat menjawab pertanyaan analis soal masa depan perangkat wearable.
“Saya tak pernah optimis mengenai pasar (wearable) ini.”
“Saya pun tak pernah mengerti kenapa kita perlu mengenakan smartwatch sementara semua yang kita butuhkan sudah ada di ponsel,” kata Xu jujur.
(BACA JUGA: Heboh Lagi, Setelah Warga 7 Negara Dilarang Masuk AS, Kini Penumpang Pesawat 13 Negara Dilarang Bawa Gadget Ke Kabin)
Padahal, Huawei diketahui mengembangkan lini produk arloji pintar.
Model teranyarnya, Huawei Watch 2, baru saja diperkenalkan di ajang Mobile World Congress 2017 di Spanyol, Februari lalu.
Jadilah Xu seolah menyerang produk bikinan perusahaannya sendiri.
“Saat tim smartwatch di Huawei mempresentasikan ide mereka ke saya dengan antusias, saya selalu mengingatkan mereka agar mencari kebutuhan yang riil (atas produk tersebut) di pasaran,” tambahnya lagi, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari The Verge, Kamis (13/4/2017).
(BACA JUGA: Ini Dia 5 Kepribadian Pengguna Smartphone, Kamu Termasuk Nomor Berapa?)
Kata-kata Xu mungkin ada benarnya.
Akhir tahun lalu, sebuah studi berjudul 2016 Personal Technologies Study dari lembaga riset pasar Gartner mengungkapkan bahwa pasaran wearable device mengalami kendala.
Kendala berupa tingginya angka dropout atau konsumen yang berhenti menggunakan perangkat bersangkutan.
Sebabnya, sebagian konsumen tak merasakan manfaat dari wearable device seperti arloji dan gelang pintar, atau merasa bosan dengan gadget tersebut.
Akan halnya Xu, dia merupakan eksekutif yang menjabat posisi CEO secara bergiliran dengan tiga rekannya saban enam bulan sekali.
Kebijakan ini sengaja diterapkan Huawei untuk menghadirkan beragam perspektif berbeda di pucuk pimpinan.
Contoh perbedaan perspektif itu dengan gamblang diungkapkan oleh Xu dalam Huawei Analyst Summit 2017.
Ada benarnya juga sih, mau pilih fungsi atau gaya? (*)