Find Us On Social Media :

Duka Salmawati Daeng Lenteng, Menanti Kepulangan sang Anak yang Disebut Jadi Korban Pembantaian di Papua

By Andika Thaselia, Kamis, 6 Desember 2018 | 09:24 WIB

Salmawati Daeng menanti dalam kecemasan akan informasi sang Anak, Muhammad Agus alias Aso, yang diduga jadi korban pembantaian di Papua (2/12/2018).

Grid.ID - Salmawati Daeng Lenteng tengah berduka dalam penantiannya selama menunggu kepulangan sang Anak yang disebut jadi korban pembantaian di Papua.

Salmawati Daeng Lenteng tentu tak pernah menyangka bahwa sang Anak, Muhammad Agus alias Aso (25) kini disebut-sebut sebagai salah satu korban pembantaian di Papua.

Muhammad Agus, putra dari Salmawati Daeng Lenteng, masuk dalam daftar karyawan PT Istaka Karya yang beberapa waktu lalu jadi korban pembantaian di Papua oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB).

Baca Juga : 5 Fakta Pasukan Khusus Raider Kostrad, Pemburu Kelompok Separatis Egianus Kogoya di Papua

Diberitakan oleh Kompas.com, Muhammad Agus alias Aso ini merupakan warga Dusun Botong, Desa bantomanai, Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Muhammad Agus bergabung dalam proyek pembangunan jembatan bersama PT Istaka Karya sejak tahun lalu.

Proyek pembangunan jembatan ini merupakan pengembangan dari pembuatan Jalur Trans Papua yang digarap oleh PT Istaka Karya.

Baca Juga : 10 Fakta Egianus Kogoya, Pemimpin KKSB yang Diduga Membunuh 31 Pekerja di Nduga, Papua

Saat ditemui oleh Kompas.com, Salmawati Daeng Lenteng mengungkapkan bahwa sang Anak terakhir kali menghubungi kerabatnya pada bulan lalu.

Salmawati Daeng Lenteng mendapatkan informasi bahwa Muhammad Agus alias Aso menjadi korban pembantaian di Papua dari keluarganya.

"Iya, memang tahun lalu dia berangkat ke Papua, katanya kerja jembatan dan kami dapat informasi dari keluarga bahwa dia termasuk korban," kata Salmawati Daeng Lenteng, Rabu (5/12/2018).

Baca Juga : Cerita Korban Selamat Pembunuhan Sadis 31 Pekerja BUMN oleh KKB di Papua, Sampai Ada yang Pura-pura Mati Agar Bisa Kabur!

Hingga saat ini, keluarga masih menanti informasi soal nasib Muhammad Agus alias Aso dalam kecemasan.

Karena hingga sekarang, keluarga Muhammad Agus alias Aso ini belum mendapatkan informasi valid apakah betul anggota keluarganya tersebut jadi salah satu korban pembantaian di Papua.

Kasus pembantaian di Papua memang tengah menjadi perbincangan hangat akhir-akhir ini.

Baca Juga : Aldi Si Pengemudi Motor yang Selamat dari Serangan KKB di Papua karena Pura-pura Mati

Tragedi mengerikan ini memakan korban sebanyak 31 pekerja BUMN PT Istika Karya.

Seperti yang sebelumnya diberitakan oleh Tribunnews.com, kasus pembantaian di Papua ini bermula dari salah seorang pekerja BUMN yang mengambil foto upacara HUT tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM) pada Sabtu lalu (1/12/2018) di Nduga, Papua.

Mengetahui ada yang mengambil gambar agenda organisasi bawah tanah ini, kelompok pemberontak tersebut pun tidak terima.

Baca Juga : Kronologi Tewasnya 31 Pekerja Proyek Jembatan yang Diduga Dibunuh Kelompok Pemberontak di Papua

Mereka mencari pekerja proyek jembatan yang mengambil foto dan kemarahan tersebut justru beriumbas pada pekerja lainnya yang ada di kamp pembangunan jembatan.

Secara rinci, Kepala Sub Bidang penerangan Masyarakat Polda Papua, AKBP Suryadi Diaz mengungkapkan bahwa ada 24 orang yang dibunuh pada hari pertama.

Di hari kedua, 7 orang lainnya mengalami hal yang sama, dan 1 orang diduga melarikan diri.

Baca Juga : 6 Fakta Terkait Kabar 31 Pekerja BUMN Dibunuh Secara Sadis oleh Kelompok Pemberontak di Papua, Saat Ini Masih Ada yang Disandera!

"Sebanyak 31 orang meninggal dunia.

"24 orang dibunuh hari pertama, 8 orang yang selamatkan diri di rumah anggota DPRD dijemput, dan dibunuh 7 orang meninggal dunia.

"Satu orang belum ditemukan atau melarikan diri," ungkap AKBP Suryadi Diaz.

Baca Juga : Diduga Ketahuan Ambil Foto Upacara Kelompok Pemberontak, 31 Pekerja Jembatan di Papua Dibunuh dengan Sadis

Hingga kini, pihak gabungan TNI-Polri masih melakukan pencarian korban dan mengusut kasus pembantaian di Papua. (*)