Find Us On Social Media :

Misteri Mbah Fanani, Pertapa Dieng yang Dicabut dari Persemayamannya

By Hery Prasetyo, Minggu, 16 April 2017 | 13:37 WIB

Pertapa Dieng Mbah Fanani.

Grid.ID - Datang di Dieng, Wonosobo pada tahun 1980-an, pertapa bernama Mbah Fanani itu tak pernah berbicara.

Namun, laku dan keteguhannya membuat orang-orang di sekitarnya menghormatinya.

Tak ada yang berani mengusiknya, karena dia dianggap memiliki kemampuan lebih.

Bahkan ketika dia merangkak pindah tempat pertapaan ke Jalan Raya Dieng, tepatnya di Desa Dieng Kulon, Batur Banjarnegara, pada 1995, orang-orang sekitar berusaha membangun gubug.

Sebab, masyarakat sekitar kasihan dia kepanasan dan kedinginan.

Namun, itu tak terlalu dirisaukan oleh Mbah Fanani. Dia tetap khusuk dengan lakunya, meski selalu bertelanjang dada dan hanya mengenakan selimut sarung.

Panas dan dingin yang menggigit di daerah Dieng, seolah tak berpengaruh apa pun pada dirinya.

Pertapa beramut gimbal itu misteri besar bagi warga Wonosobo.

Tak ada yang tahu asal-usulnya, apalagi informasi lainhnya. Sebab, dia memang tak pernah mau bicara.

Dia hanya berkomunikasi lewat resonasi spiritualnya, hingga orang-orang sekitar menghormatinya, bahkan merasa memilikinya.

Dia juga banyak dikunjungi orang dari berbagai daerah. Tak kurang kyai dan pejabat sering berkunjung ke kepadanya, entah untuk kepentingan apa.

Warga sekitar pun sudah terbiasa karenanya.

Mengejutkan

Namun, tiba-tiba pada  Rabu (13/4/2017), dia menghilang dari gubug pertapaannya.

Masyarakat pun geger dan misteri pertapa Mbah Fanani makin menggemparkan.

Teka-teki itu sempat membuat bingung banyak orang, juga meresahkan.

Menurut Kepala Desa Dieng Kulon, Batur Banjarnegara, Slamet Budiono, karena Mbah Fanani sering dikunjungi orang itulah maka jika ada pengunjung datang menemui Mbah Fanani, warga juga tidak curiga.

Termasuk ketika ada rombongan orang berpakaian serba putih mendatangi tenda Mbah, Rabu (12/4/2017) sekitar pukul 22.00 WIB.

"Warga juga gak curiga, tahunya itu tamu Mbah Fanani, karena dia biasa dikunjungi orang," katanya kepada Tribunnews.com.

Ternyata, rombongan tersebut memboyong Mbah Fanani dari tempat semedinya dan membawanya meninggalkan Gunung Dieng.

Slamet pun turut menyesalkan penjemputan Mbah Fanani yang terkesan memaksa dan tiba-tiba.

"Mbah Fanani sudah belasan tahun di sini. Sudah dianggap sebagai warga sini. Harusnya paling tidak 'kulo nuwon' dulu dengan lingkungan sini kalau mau jemput, terutama kepada keluarga yang merawat selama ini," katanya.

Inilah yang menjadikan geger di Dieng. Sebab, warga dan para tamunya tak tahu rimbanya.

Baru belakangan diketahui, dia dibawa ke Indramayu oleh keluarganya.

Mbah Fanani diketahui diambil keluarganya dan dipindah ke Indramayu dari sebuah akun Facebook dengan akun Azun.

"Alhamdulillah beliau sekarang berada di petilasan DAMPU AWANG bersama orang tua kami abah Rojab dalam keadaan aman n nyaman. Petilasan dampuawang desa Sudimampir kec Balongan Indramayu, Jawa Barat," bunyi status di facebook tersebut.

Akun tersebut juga mengunggah foto mirip Mbah Fanani yang masih dalam kondisi telanjang dada dan berselimut sarung. Ia ditemani beberapa orang.

Kepastian juga disampaikan Kapolsek Batur, AKP Sumono.

Ia mengatakan, Mbah Fanani tidak dijemput paksa, melainkan dijemput oleh pihak keluarganya sekitar pukul 22.30.

“Beliau dijemput oleh empat mobil mewah dengan plat nomor E. Rombongan yang berjumlah sekitar 15 orang berpakaian serba putih turun dari mobil dan menghampiri tenda tempat beliau selama ini tinggal,” ungkapnya.

Sebenarnya, saat itu sejumlah warga menyaksikan penjemputan tersebut.

Mereka mengaku sebagai keluarga, hingga tidak ada yang berani menghalangi penjemputan itu.

Dan, pertapa gimbal yang misterius itu kini di tempat petilasan Dompu Awang, Indramayu. (*)