Menurutnya, pada 2003, Surabaya mengalami masalah besar terkait Sampah.
Saat itu, Surabaya dikenal sebagai kota yang panas, kering, dan sering banjir ketika musim hujan.
"Mengatasi masalah ini, kami mengajak partisipasi masyarakat yang kuat untuk bekerja bahu membahu dengan pemerintah kota melakukan pengelolaan limbah. Karena kami memiliki masalah besar untuk diselesaikan, tetapi dengan anggaran terbatas yang tersedia," kata Risma, seperti dikutip dari Kompas.com.
Risma mulai mengajarkan bagaimana mengelola sampah secara mandiri, yang berkonsep 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle), serta mengajarkan tentang konsep bank sampah.
Surabaya juga bekerja sama dengan Swiss untuk penggunaan lalat hitam yang bertujuan mengurangi sampah organik.
Tidak hanya itu, ia menuturkan Pemkot Surabaya juga membangun waduk-waduk sebagai resapan air selama musim hujan dan cadangan air selama musim kemarau.
Atas segala usaha yang telah dilakukan hingga membuahkan penghargaan, Tri Rismaharani tak lupa mengucapkan terima kasih dan mengajak masyarakat untuk bersama-sama merawat kota Surabaya.
"Momentum baik ini mari kita jadikan penyemangat untuk memajukan kota yang sangat kita cintai.... SURABAYA! dan itu semua bisa terwujud salah satunya dengan kebersamaan," tulis Tri Rismaharani dalam salah satu postingan instagramnya.
(*)