Find Us On Social Media :

Kisah Simon Tandi, Korban Selamat Pembantaian KKB di Nduga, Papua: Saya Tidak Tahu Harus Melarikan Diri ke Mana

By Hastin Munawaroh, Minggu, 9 Desember 2018 | 14:49 WIB

Kisah Simon Tandi, korban selamat pembantaian KKB di Nduga, Papua

Grid.ID - Inilah kisah Simon Tandi, korban selamat pembantaian KKB di Nduga, Papua.

Korban selamat pembantaian KKB di Nduga, Papua, Simon Tandi, membagikan kisahnya saat berusaha menyelamatkan diri dari kejaran kelompok kriminal bersenjata (KKB).

Melansir Kompas.com, Simon Tandi, korban selamat pembantaian KKB di Nduga, Papua bersama rekannya, Joni Pariangan kabur selama tiga hari lewat hutan.

Baca Juga : Duka dan Tangis Keluarga Efri Junaedi yang Jadi Korban Pembantaian KKB di Nduga Papua, Sang Ibu: Cepat Kali Kau Pergi, Nak

Diketahui, Simon Tandi merupakan warga Jahab, Tenggarong yang bekerja di PT Istaka Karya di Nduga, Papua.

Kini, masa-masa menegangkan itu sudah lewat.

Walau begitu, masih kental di ingatan Simon Tandi saat berusaha menyelamatkan diri dari kejaran KKB di Bukit Kabo, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua.

Ketika dihubungi melalui ponsel, Simon Tandi bercerita, karena mukjizat Tuhan hingga hari ini dia masih hidup.

Baca Juga : EKSKLUSIF : Keluarga Sebut Emanuel Bano Akrab Hingga Sempat Tidur di Rumah Anggota OPM Sebelum Jadi Korban Pembantaian KKB di Nduga, Papua

"Saya sungguh menyaksikan mukjizat Tuhan, saya masih hidup saat ini. Ketika mereka membantai teman-teman saya, saya hampir menyusul mereka. Beruntung, melalui warga setempat, Tuhan menyelamatkan saya," kata Simon Tandi seperti dikutip dari Kompas.com, Minggu (9/12/2018).

Kejadian itu dimulai pada Sabtu (1/12/2018), ketika Simon bersama satu rekannya, Joni Pariangan, pergi ibadah Natal di Gereja Protestan Nduga.

Gereja yang lokasinya tak jauh dari camp tempat mereka tinggal tersebut adalah tempat rutin yang selalu Simon datangi.

Baca Juga : EKSKLUSIF : Pertemuan Terakhir Keluarga dengan Emanuel Bano, Pekerja BUMN yang Diduga Jadi Korban Pembantaian di Nduga, Papua

"Saya sering ke sana untuk berdoa dan ibadah. Apalagi ada ibadah Natal, maka saya tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk pergi ke Gereja," kata Simon.

Tidak disangka, kegiatan ibadah Sabtu itu menyelamatkan Simon.

Ketika kembali ke camp, dia melihat kondisinya sudah berantakan.

Semua tas berisi pakaian berhamburan dan makanan berserakan di tanah.

Ke-29 temannya juga tidak ada. Simon dan Joni lantas bertanya pada warga sekitar.

Baca Juga : Update Kasus Pembunuhan 31 Pekerja Pembangunan Jembatan di Nduga, Papua : Sempat Terjadi Baku Tembak Selama Proses Evakuasi Korban

Simon kaget mendengar puluhan temannya dibawa ke Puncak Kabo, diikat seperti tahanan perang.

"Saya kaget, saya bingung. Tapi saya dan Pak Joni memutuskan menyusul mereka karena katanya saya juga dicari.

Waktu itu hati saya sudah bilang, mungkin kami akan disiksa dan dipukuli di atas," jelasnya.

Simon Tandi dan Joni Pariangan Berniat Pergi Menuju Puncak Kabo

Ketika Simon dan Joni menuju ke Puncak Kabo, tiba-tiba ada warga yang memanggil mereka dengan bahasa daerah setempat.

Simon tak mengerti apa yang diucapkan warga tersebut.

Namun, dari bahasa isyarat terbaca pesan jika mereka terancam akan dibunuh.

Baca Juga : Duka Salmawati Daeng Lenteng, Menanti Kepulangan sang Anak yang Disebut Jadi Korban Pembantaian di Papua

"Saya tidak mengerti apa maksud warga karena pakai bahasa daerah. Tapi gerak tangannya seperti bilang kalau saya akan ditembak. Saya tidak tahu, harus melarikan diri ke mana," ujar Simon.

Beberapa ibu rumah tangga lantas menarik Simon dan Joni, lalu membawa mereka menuju ke rumah camat setempat.

Di sana, Simon dan Joni sempat menginap semalam dan diberi makanan.

Setelah itu, pukul 21.10 WIT, camat mendapat ancaman dari KKB, jika terbukti menyelamatkan Simon dan Joni, camat juga akan dibunuh.

Baca Juga : Tangis Jonathan Pecah Saat 4 Anggota Keluarganya Jadi Korban Pembantaian di Nduga Papua

Camat lantas memerintahkan empat warganya melarikan Simon dan Joni melewati hutan belantara.

Dalam pelariannya ke hutan, Joni sempat dibopong karena pingsan dan kehabisan tenaga.

Sementara Simon terus menjaga stamina dengan semangat dan doa.

Keempat warga Papua yang menyelamatkan mereka tak henti-hentinya memberi semangat pada Simon dan Joni.

Mereka bahkan sempat membuat tandu untuk Joni dan menggendongnya.

Baca Juga : 10 Fakta Egianus Kogoya, Pemimpin KKSB yang Diduga Membunuh 31 Pekerja di Nduga, Papua

Berjalan Selama 3 Hari di Hutan

Mereka berjalan selama tiga hari di hutan, memakan daun-daunan hutan dan pakis liar.

Jika bertemu sungai, mereka singgah untuk minum dan istirahat.

Beruntung mereka tidak bertemu binatang buas selama perjalanan.

Pada Rabu (5/12/2018) siang, mereka sampai di pos penjagaan TNI Mbua.

Baca Juga : 5 Fakta Pasukan Khusus Raider Kostrad, Pemburu Kelompok Separatis Egianus Kogoya di Papua

Petugas jaga langsung mengamankan Simon dan Joni, sementara dua dari empat putra daerah yang menyelamatkan mereka memutuskan kembali ke Nduga.

Kepada aparat, Simon menjelaskan mereka tidak pernah membuat onar selama bekerja.

Ketika KKB merayakan kemerdekaannya, seluruh pekerja libur dan beristirahat di dalam camp.

Tidak ada pekerja yang memotret kegiatan KKB, semua tidur di camp. Hanya Simon dan Joni yang pergi untuk ibadah.

"Dari Sabtu pagi itu, mereka memang sudah teriak-teriak mencari masalah. Kami masih di dalam camp dan istirahat. Kami tidak ada memfoto kegiatan mereka, kami tahu kondisi itu akan berbahaya untuk keselamatan kami," ujar Simon Tandi.

(*)