Find Us On Social Media :

Pilkada DKI Panas Sampai Ubun-ubun, Saatnya Wanita Berperan Cegah Konflik

By Hery Prasetyo, Rabu, 19 April 2017 | 11:00 WIB

Di beberapa negara, wanita sering tampil berperan untuk melawan atau mencegah konflik dan terbukti berefek besar.

Peran wanita

Yang diharapkan semua masyarakat tentu tenang dan damai.

Siapa pun pemenangnya, seharusnya diterima dengan baik dan lapang dada, juga sportif.

Dalam keadaan seperti ini, wanita punya peran sangat penting untuk mendinginkan suasana.

Jikapun aksinya tak diorganisasi, minimal melakukan peran perdamaian di lingkungan terkecil, dari keluarga, tetangga dan seterusnya.

Dalam sejarah konflik dari Georgia, Kolombia, Srilanka, Palestina, dan daerah lain, sering kali aksi para wanita sangat efektif.

Peran wanita dalam konflik tak hanya merawat, mendamaikan, tapi juga mencegah konflik.

Sebab itu, Swiss dan PBB bersama negara lain pernah punya memperkenalkan pentingnya peran wanita dalam konteks konflik.

Kemudian dibentuklah Resolusi Dewan PBB 1325 tentang Wanita, Perdamaian, dan Keamanan.

Dalam konflik Israel dan Palestina, misalnya, peran wanita muncul pada 1980-an.

Invasi Israel ke Libanon pada 1982 memaksa para wanita Islam dan Yahudi bergerak menentang konflik.

Pada 1987, intifada pertama memunculkan organisasi wanita Yahudi seperti Women in Black, Israel Wpmen Against Occupation dan Women's Peace Net.

Hasilnya sangat memuaskan. Gerakan wanita menentang konflik dan perang sedikit banyak bisa menurunkan intensitas konflik.