Find Us On Social Media :

Dennis Adhiswara Sebut 50% Karakter Mamet ada di Dalam Dirinya

By Corry Wenas Samosir, Rabu, 12 Desember 2018 | 13:29 WIB

Sissy Priscillia dan Dennis Adhiswara

Laporan Wartawan Grid.ID, Corry Wenas Samosir

Grid.ID - Dennis Adhiswara mengaku tidak gampang memerankan karakter utama di film Milly & Mamet (Ini Bukan Rangga Cinta dan Rangga).

Sebab ada beberapa arahan dari sutradara, Ernest Prakasa, yang mengharuskan Dennis Adhiswara mendalami karakter.

Tapi di lain sisi, Dennis Adhiswara merasa beberapa karakter Mamet itu ada di dalam kehidupannya.

Baca Juga : Di Instagram Masih Kompak, Kuasa Hukum Ungkap Hubungan Gading Marten dan Gisella Anastasia Sebenarnya

Karakter Mamet yang ingin mewujudkan impiannya sebagai seorang chef begitu juga dengan Dennis yang gigih mengejar cita-citanya.

"Saya tuh orangnya beberapa kali mengalami fase yang mirip seperti Mamet itu adalah orang yg sangat punya mimpi besar, dan segitu mengejar mimpinya apapun yg terjadi. Ada hal-hal yang saya ambil dari diri saya sendiri di beberapa fase kehidupan saya," ujar Dennis Adhiswara saat Grid.ID temui dikawasan Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (11/12/2018).

Baca Juga : Review Nasi Tumpeng Mini Ayu Ting Ting, YouTuber Anak Kuliner Kaget dengan Rasanya!

Namun ada beberapa referensi karakter yang juga harus Denni Adhiswara pelajari lagi untuk menjadi Mamet.

"Lebih ke menggali mamet menjadi sebuah karakter yang dulu. Karena selama ini yang kita tau, dia hanya sekedar nyupir cinta ke airport aja," ungkap Dennis Adhiswara.

"Dan di sini tantangannya adalah saya harus menggabungkan beberapa karakter yg ada di dunia nyata sbg referensi untuk mamet. Contoh ya 50% mungkin karakter saya, 50% gabungan dari beberapa orang lain yg saya kenal," sambungnya.

Baca Juga : Tak Hanya Jadi Pemeran Utama, Sissy Prescillia Juga Nyanyikan Soundtrack Film Milly & Mamet

Dengan begitu Dennis mengaku banyak pelajaran saat memerankan Mamet terlebih untuk mencapai suatu keinginan.

"Kadang-kadang kita sibuk mengejar keinginan kita tapi kita melupakan kebutuhan kita. Itu hal yg paling saya pelajari. Tapi memang yg paling ideal adalah pada saat keinginan dan kebutuhan kita bisa didapatkan kedua-keduanyanya sih," tuturnya. (*)