Find Us On Social Media :

Gerakan Menuju 100 Smart City Tahap kedua, Ini 3 Inovasi yang Muncul

By Octa, Rabu, 12 Desember 2018 | 21:12 WIB

Gerakan Menuju 100 Smart City 2018

Grid.ID - Kebanyakan masyarat Indonesia, diperkirakan bakal tinggal diperkotaan.

Itu memicu bergulirnya n Gerakan Menuju 100 Smart City dari pemerintah.

Perkiraan Bapenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional), kota bakal dipenuhi 67,1% penduduk Indonesia yang pada 2045 perkiraannya mencapai 318 juta jiwa.

Makin banyak penduduk yang tinggal di kota, maka dipastikan banyaknya permasalahan yang akan muncul.

Baca Juga : Smart City di Kota/Kabupaten Harus Dimulai Sekarang, Ini Alasannya

Program inisiasi Kementrian Komunikasi ini tahap pertama dimulai 2107 silam dan melibatkan 25 kota di Indonesia.

Tahap kedua (2018) pada Mei lalu sebanyak 50 walikota dan bupati, melakukan penandatanganan nota kesepahaman mengikuti Gerakan Menuju 100 Smart City.

Tahun depan dipastikan ada 25 kota/kabupaten yang terlibat, sehingga akhirnya didapat 100 kota/kabupaten yang di Indonesia yang punya master plan pembangunan smart city.

Balik lagi ke tahap kedua Gerakan Menuju 100 Smart City dan ini inovasi yang direncanakan beberapa kota.

1. KTP Sapi dari Boyolali

Sebagai penghasil susu, Kabupaten Boyolali perkenalkan inovasi Simapi (Sistem Informasi Sapi) yang merupakan sistem informasi terkait sapi.

"Simapi ini bisa dianalogikan sebagai KTP-nya sapi," kata Abdul Rahman (Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Boyolali).

Inovasi ini didalamnya mencakup nama pemiliknya, umur sapi, produksi susunya dan sampai apakah sapi tersebut pernah sakit.

Baca Juga : Gerakan Menuju 100 Smart City 2018, Terpilih 50 Kota/Kabupaten

"Jadi peternak atau calon pembeli memiliki data untuk melihat kesehatan sapi, termasuk memberikan perawatan yang dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas sapi ini," tambah Abdul Rahman.

Dengan Simapi diharapkan nggak ada lagi manipulasi data sapi yang dilakukan oleh oknum.

2. Mataram lakukan percepatan informasi via apps

Bencana alam gempa di Pulau Lombok, menumbuhkan ide untuk membuat aplikasi yang bisa diakses via hape.

Berdasarkan pengalaman, hal pertama yang dibutuhkan saat terjadi gempa bukan selimut atau bahan makanan.

"Tapi yang dibutuhkan pertama adalah informasi," ungkap Lalu Martawang, Asisten I Pemerintah Kota Mataram.

Baca Juga : Gerakan Menuju 100 Smart City Tahap 2, Ini Daftar Kota/Kabupatennya

Informasi ini penting agar masyarakat bisa merencanakan apa yang mereka butuhkan.

Selain itu, Pemkot Mataram juga menyiapkan aplikasi Pasar Rakyat yang memuat informasi sembilan pasar tradisional yang ada di Kota Mataram.

Di dalam aplikasi ini, terdapat informasi menyeluruh terhadap pasar tersebut, mulai dari profil pasar, produk yang dijual, serta harga produk di pasar tersebut.

3. Efisiensi SDM ala Surakarta

Pemkot Surakarta menggalakkan inovasi Tape Pasar (Teknologi Aplikasi e-Retribusi Pasar).

Ini adalah sistem retribusi secara elektronik bagi pedagang di berbagai pasar di Kota Surakarta.

Solusi ini memudahkan pedagang membayar retribusi secara elektronik di alat khusus yang disediakan di area pasar.

Solusi ini juga meningkatkan efisiensi sumber daya manusia di lingkungan Pemerintah Kota Surakarta.

"Kami tidak perlu menugaskan 8-10 orang untuk mengurus retribusi ke pasar di Solo," ungkap Walikota Surakarta, F.X. Hadi Rudyatmo.

Nggak hanya efisinsi SDM, implementasi Tape Pasar juga meningkatkan pendapatan Pemkot Surakarta dari retribusi.(*)