Dari hal itu, Sutopo menegaskan, Indonesia harus memiliki sistem peringatan dini yang dibangkitkan longsor bawah laut dan erupsi gunung api.
Indonesia harus membangun sistem peringatan dini yang dibangkitkan longsor bawah laut dan erupsi gunung api.
Tidak ada peringatan dini tsunami di Selat Sunda pada Sabtu (22/12/2018) malam.
Tidak adanya peralatan sistem peringatan dini menyebabkan potensi tsunami tidak terdeteksi sebelumnya.
Tidak terpantau tanda-tanda akan datangnya tsunami sehingga masyarakat tidak memiliki waktu evakuasi.
Baca Juga : Sebelum Berangkat ke Anyer hingga Jadi Korban Tsunami Banten, Aa Jimmy Mengeluh Capek
Sutopo juga menyebut buoy tsunami sudah tak beroperasi sejak 2012.
Apa itu buoy tsunami dan bagaimana cara kerjanya?
Buoy tsunami ialah salah satu bentuk sistem peringatan dini tsunami.
Dilansir BBC Indonesia, di dasar laut, terdapat alat pengukur tekanan gelombang laut yang dapat mendeteksi secara cepat dan langsung dilaporkan ke buoy yang berada di atas permukaan laut.
Awalnya, Indonesia memiliki 22 unit buoy. Akan tetapi, semua buoy sudah tidak ada yang beroperasi.
Tidak adanya biaya pemeliharaan dan operasi menyebabkan buoy tidak berfungsi sejak 2012.
Baca Juga : Ifan Seventeen Ungkap Kerinduannya Kepada Sang Istri yang Masih Belum Ditemukan Pasca Tsunami Banten
BMKG mencatat, pada 2011 lalu, tujuh unit buoy di perairan Banyuwangi tidak sengaja rusak oleh nelayan.
Sementara itu, di Papua, dari 18 alat sensor gempa dan tsunami termasuk buoy, hanya menyisakan delapan unit yang masih berfungsi.
Menurut Sutopo Purwo Nugroho, kerusakan buoy sudah tentu mempengaruhi akurasi dan kecepatan peringatan dini tsunami.
"Dengan adanya buoy, kita bisa secara tepat dan cepat menentukan ada tidaknya tsunami.
Kita juga bisa mengetahui daerah mana yang akan paling parah dihantam tsunami, sehingga penanganan bencana pun bisa lebih fokus," ujar Sutopo Purwo Nugroho dikutip dari BBC Indonesia.
(*)