Find Us On Social Media :

Mengenal Buoy Tsunami, Alat Pendeteksi Tsunami Indonesia yang Disebut Humas BNPB Tak Lagi Beroperasi Sejak Tahun 2012

By Agil Hari Santoso, Selasa, 25 Desember 2018 | 14:25 WIB

Mengenal Buoy Tsunami, Alat Pendeteksi Tsunami Indonesia yang Disebut Humas BNPB Tak Beroperasi Sejak 2012

Laporan Wartawan Grid.ID, Agil Hari Santoso

Grid.ID - Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, sempat mengeluarkan pernyataan bahwa alat pendeteksi tsunami Indonesia, yang disebut buoy tsunami, sudah tak lagi beroperasi sejak tahun 2012.

Pernyataan Humas BNPB tentang kondisi alat pendeteksi tsunami Indonesia, buoy tsunami, disampaikan Sutopo lewat akun Twitter @sutopo_PN, pada Minggu (23/12/2018).

"Jaringan buoy tsunami di perairan Indonesia sudah tak beroperasi sejak 2012," jelas Humas BNPB, menjelaskan kondisi terkini alat pendeteksi tsunami Indonesia.

Baca Juga : Perjalanan Karier Dylan Sahara, Istri Ifan Seventeen yang Jadi Korban Tsunami Banten, Mantan Presenter Gosip yang Banting Setir ke Dunia Politik

Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, jaringan buoy tsunami di Indonesia telah tak beroperasi karena ada vandalisme, terbatasnya anggaran negara, hingga kerusakan teknis.

Setelah kembali terjadi tsunami Indonesia, tepatnya tsunami Banten pada Sabtu (22/12/2018), Sutopo memilki harapan agar Indonesia dapat memperbaiki jaringan buoy ini.

"Perlu dibangun kembali untuk memperkuat Indonesia Tsunami Early Warning System (peringatan dini tsunami Indonesia)," tulis Sutopo di unggahannya itu.

Lantas, apa itu buoy tsunami?

Baca Juga : Pesan Memilukan Istri Bani Seventeen untuk Suami yang Jadi Korban Tsunami Banten, Cindri: Terima Kasih Telah Jadikan Aku Istrimu

Mengutip dari laman resmi lembaga Meteorologi Australia, bom.gov.au, buoy tsunami adalah alat terapung yang dapat mendeteksi gelombang tsunami yang diakibatkan gempa bumi bawah laut.

Buoy tsunami, akan mengawasi dan mencatat perubahan tingkat air laut di samudera.

Mengutip BBC, sebenarnya Indonesia memiliki 21 buoy tsunami, yang merupakan pemberian dari Jerman, Amerika Serikat, dan Malaysia.

Buoy-buoy ini ditempatkan di seluruh titik di lautan Indonesia, agar dapat membantu Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Goefisika (BMKG) dalam memberikan peringatan dini tsunami.

Baca Juga : Jadi Bridesmaid di Pernikahan Ifan Seventeen, Aura Kasih Kenang Kebersamaan dengan Dylan Sahara yang Jadi Korban Tsunami Banten

Namun sayang, jaringan buoy tsunami ini telah tidak beroperasi sejak 2012.

Kembali mengutip BBC, ketiadaan buoy ini membuat BMKG harus mendeteksi tsunami pasca gempa dengan metode pemodelan.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, sempat mengatakan bahwa metode itu tak selalu presisi.

Baca Juga : Ucapan Duka Paus Fransiskus untuk Para Korban Tsunami Banten

"Dulu skenarionya, data buoy mendukung BMKG. Kalau data itu ada, maka level peringatan tsunami kami akan semakin tegas," ujar Rahmat pada 1 Oktober 2018 lalu.

Padahal, data yang didapat BMKG dari buoy tsunami ini sangat penting.

Misalnya pada gempa di pesisir Pangandaran, Jawa Barat pada Desember 2017 lalu.

Mengutip BBC, kala itu peringatan dini tsunami dikeluarkan BMKG berjam-jam lamanya.

Baca Juga : Ifan Seventeen Menangis Sendu, Tak Kuat Sebut Nama Istri Serta Sahabat yang Jadi Korban Tsunami Banten

Tak adanya informasi aktual mengenai tinggi permukaan air laut, yang seharusnya bisa didapat dari buoy tsunami, maka peringatan tsunami berlangsung berjam-jam.

Akhirnya, peringatan tsunami di pantai Pangandaran, Jawa Barat, dihentikan setelah 3 jam menunggu, dan tidak terjadi tsunami.

Setelah terjadinya bencana tsunami Banten, pada Sabtu (22/12/2018) malam, membuat Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho 'curhat' akan kondisi peringatan tsunami di Indonesia.

(*)