Grid.ID - Seorang peneliti BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) bernama Widjo Kongko mengungkapkan mengenai potensi tsunami di Selat Sunda.
Peneliti BPPT tersebut mengungkapkan potensi tsunami di Selat Sunda tersebut di dalam sebuah seminar.
Dalam kajiannya, Widjo Kongko yakni peneliti BPPT mengungkapkan adanya potensi tsunami di Selat Sunda yang tingginya mencapai 57 meter.
Ahli BPPT ini mengungkapkan kajiannya saat menjadi narasumber dalam sebuah diskusi di BMKG.
Menurut penelitiannya, Widjo menyebut kemungkinan terjadinya gelombang dahsyat ini sebagai akibat dari gempa tektonik sebesar 9 SR.
Potensi gempa besar ini bisa terjadi di area megathrust atau pertemuan dua lempeng raksasa yang berada di selat Sunda.
Jika semua megathrust bergerak maka akan menimbulkan kekuatan gempa besar yang berkisar antara 8,8 SR hingga 9 SR.
Akibat gempa tersebut, tsunami akan berdampak besar pada wilayah barat pulau Jawa dan Sumatera bagian Selatan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Widjo Kongko saat diwawancarai di Kabar Petang TV One.
"Yang saya sampaikan adalah hasil kajian potensi tsunami di Jawa bagian Barat, dimana sumbernya adalah gempa tektonik di megathrust," ujar Widjo Kongko seperti dikutip Grid.ID dari YouTube tvOneNews (27/12/2018).
Karena tingginya tsunami, kemungkinan besar daerah yang terdampak hingga dapat mencapai kota Jakarta Utara, Bekasi, Serang, Banten, Pandeglang hingga Pangandaran.
Baca Juga : Kembaran Ifan Seventeen Ceritakan Kronologi Terseretnya Dylan Sahara oleh Gelombang Tsunami Banten
Widjo juga menekankan bahwa ungkapannya tersebut adalah sebuah potensi bukan prediksi.
Artinya kajian tersebut dibuat guna mempersiapkan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi.
Skenario terburuk tersebut digunakan untuk perencanaan mitigasi ke depan.
Menurut ahli gempa tersebut, potensi gempa dan tsunami besar ini bisa terjadi karena adanya energi yang tersimpan di tiga lempeng megathrust.
Ketiga lempeng tersebut setiap tahunnya terus bergeser 6 sampai 7 centimeter.
"Kita ada tiga lempeng utama yang saling berjalan. Dari Australia ada lempeng yang menyodok ke Utara dan ini kan terus-menerus setiap tahun 6 sampai 7 cm, katakanlah begitu, dan tentu ini ada energi yang tersimpan dan tentu saja setiap saat bisa saja energi ini lepas dan kemudian menyebabkan gempa bumi yang cukup besar dan tentu diiringi dengan tsunami kalau itu terjadi di lautan," papar Widjo Kongko.
Kemungkinan atau potensi tersebut tidak hanya terjadi di wilayah yang disebutkan namun bisa terjadi di beberapa wilayah lainnya di Indonesia.
Karena banyak wilayah Indonesia yang menjadi titik temu lempeng selain dari tiga lempeng yang telah disebutkan sebelumnya.
Namun Widjo kembali mengingatkan agar masyarakat tak perlu resah dengan potensi yang diungkapkan olehnya.
Karena hal ini justru menjadi perencanaan awal untuk dilakukannya upaya penyelamatan jika terjadi gempa dan tsunami besar di kemudian hari. (*)