Grid.ID - Kasus bullying masih kerap terjadi di Indonesia.
Dalam kasus bullying, peran aktif orang tua diperlukan untuk meminimalisasi terjadinya bullying anak.
Sebagai orangtua, jelas Anda tak dapat menutup mata atas tindakan kekerasan (bullying) yang terjadi pada anak-anak.
Sayangnya, saat dihadapkan dengan situasi nyata, seringkali orangtua malah berakhir bingung.
Banyak orangtua yang tidak tahu apa tindakan tepat yang harus dilakukan bila anak menjadi korban atau justru pelaku bullying.
(BACA JUGA Mencinta Untuk Disiksa, Artis Cantik Hollywood Jadi Korban Kekerasan Pacarnya Sendiri)
Menurut psikolog, Roslina Verauli, MPsi yang dikutip Grid.ID dari Tribunnews, bullying adalah tindakan negatif, baik berupa tindakan fisik atau verbal, yang dilakukan pada orang yang dianggap lemah sehingga menyebabkan tekanan fisik atau mental.
Jika kasus bullying sudah sangat parah dapat mendatangkan psikolog atau terapis.
Dalam hal ini harus melibatkan pihak yang terlibat baik korban, pelaku, guru kelas, dan pembimbing akademisnya.
Inilah 6 cara jika anak menghadapi kasus bullying di sekolah.
1. Ajak bicara
Tanyakan kepadanya, sikap bullying seperti apa sajakah yang ia hadapi dari teman-temannya di sekolah selama ini.
Biarkanlah ia bercerita apa adanya.
Kemudian, tanyakan kepadanya, selama teman-temannya melakukan bullying, apa yang ia lakukan?
Apakah ia diam saja atau membalas mereka?
(BACA JUGA Five Vi Mengaku Alami Kekerasan Seksual Dari Mantan Suami, Begini Ceritanya)
Tanyakan juga kepadanya apa yang dirasakan saat teman-temannya mem-bullyingdia?
Jika anak Anda diintimidasi kata-kata, katakan kepada anak Anda bahwa apa yang mereka katakan itu tidaklah benar.
Tunjukkan kepada anak Anda akan berbagai kelebihan dan nilai positif di dalam dirinya.
Katakan kepadanya bahwa Anda sangat bangga kepadanya.
2. Ajak selalu tersenyum
Sebagai orang tua, ajak anak tersenyum saat menghadapi bullying di sekolahnya.
Tetap tersenyum karena akan membantu pra-remaja mampu menghadapi berbagai tantangan dalam perjalanan hidupnya.
Dengan mengajarkan berani senyum, rasa percaya diri anak akan muncul.
(BACA JUGA Dalam 2 Tahun, Inilah 5 Kasus Kekerasan Dunia Pendidikan, Semua Korbannya Wanita)
Masalah yang dihadapi baik itu peer pressure , bullying atau masalah lainnya akan mampu dilampaui dengan rasa aman dan nyaman.
Senyuman dapat menciptakan keadaan psikologis yang penuh dengan kebahagiaan.
Kondisi ini membuat kemampuan belajar menjadi mudah, serta kesiapan mental untuk tumbuh dan berkembang.
3. Latih berani bicara
Berani bicara bukan berarti berani bicara lantang tertapi berani berbicara asertif.
Biarkan pelaku tahu bahwa anak tidak nyaman dengan perlakuannya, tetapi dengan kata-kata yang tidak balik menyakiti dan tidak membiarkan tindakan bullying terus berlangsung.
Anak sebagai korban memiliki hak untuk membela diri, dan ada cara cerdas untuk melakukannya.
Pastikan anak berbicara dengan cara yang memecahkan masalah dan tidak menciptakan lebih banyak masalah dengan orang lain.
4. Latih agar tidak mencoba untuk membalas dendam
Beri pengertian bahwa tindakan yang diterima tidak perlu dibalas karena dua kesalahan tidak membuat menjadi benar.
Tidak meminta orang lain untuk berpihak, karena hanya akan terus melanjutkan pertengkaran.
(BACA JUGA Salut! Anggota TNI dari Kodam XII Tanjungpura Bergelimpangan, Demi Anak Sekolah)
Tidak tinggal di rumah untuk menghindari si pengganggu di sekolah. Jangan bertindak histeris-hindari berteriak, merengek, dan kehilangan kontrol.
5. Ajak ke rumah pelaku bullying
Undanglah anak-anak yang melakukan bullying itu untuk bermain dan makan bersama di rumah.
Agar tidak mencolok, undanglah teman-teman lainnya.
Ketika mereka bermain di rumah, ajaklah teman-teman yang mem-bully anak untuk ngobrol bersama anak, bahkan bermain bersama.
Ini adalah momen yang penting untuk membangun jembatan komunikasi.
Bangunlah keakraban di antara mereka.
(BACA JUGA Latihan Fisik 6-8 Jam Sehari, Nirina Zubir Sempat Cedera Dibagian Sini)
Selama anak-anak yang melakukan bullying ini bermain ke rumah,
Hindari menyinggung sikap mereka yang sering mem-bully anak.
Sebaliknya, tunjukkan dengan penuh cinta bahwa di dalam diri mereka banyak sifat baiknya.
Ajaklah mereka bermain kembali ke rumah bersama anak-anak yang lain.
Ini untuk membangun komunikasi dan kepedulian.
(BACA JUGA Tatjana Saphira Cerita Bullying yang Dialaminya!)
6. Ajarlah anak membalas bullying bukan dengan fisik
Jika teman-temannya tetap melakukan bullying kata-kata, doronglah anak untuk melawan dengan cerdik.
Ajarkan anak untuk membalasnya dengan kata-kata yang berlawanan, misalnya, jika anak disapa "Hai gendut", maka dia bisa menjawab "Hai kurus".
Atau jika anak dikatakan penaku, maka jawab saja dengan "itu sih menurut kamu".
(BACA JUGA Tips Sederhana Menjaga Fisik Ala Olivia Zalianty)
Jika teman-temannya melakukan bullying fisik, sudah seharusnyalah orang tua berbicara dengan wali kelasnya.
Ini untuk memberi tahu pihak sekolah bahwa muridnya melakukan kekerasan fisik.
Menurut Ainy Fauziyah, CPC, Leadership Coach & Motivator dan Penulis Buku Best Seller Dahsyatnya Kemauan yang dikutip Grid.ID dari Kompas.com, lihatlah perkembangannya setelah pendekatan ke anak.
Jika ternyata hal ini masih berlanjut di mana teman-temannya masih melakukan kekerasan fisik, pilihan terakhir adalah pindah sekolah. (*)