Grid.ID - Keterbatasan tempat tinggal membuat anak-anak dari keluarga buruh di Pringapus, Ngadirejo, Temanggung tidak ada pilihan.
Merea terpaksa atau dengan tidak sengaja menyaksikan “adegan” orang dewasa yang seharusnya belum waktunya untuk dilihat.
Hal itu dikemukakan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (P3AKB) Kabupaten Semarang, Romlah.
Dikutip Grid.ID dari Tribunnews.com, Syahrul Munir, di sejumlah kantong industri di Kabupaten Semarang ditemukan fenomena mencengangkan.
Kasus-kasus pornografi anak yang dipicu oleh perilaku meniru orang-orang dewasa di sekelilingnya terjadi di kawasan industri itu.
Padahal, pelaku yang ditru belum tentu orangtuanya.
Kemajuan teknologi yang tak terbendung sekarang ini, juga makin memudahkan anak untuk mendapat informasi secara online.
Termasuk informasi tentang pornografi.
Ironisnya, situs-situs yang berbau pornografi sangat mudah diakses oleh anak-anak.
Terlebih di desa yang terletak 22 Km arah barat laut ibu kota kabupaten Temanggung ini, anak-anak ditinggal bekerja.
Rata-rata orangtua mereka bekerja sebagai buruh.
Kata Romlah, ketika memberi penyuluhan, persoalan pornografi, termasuk masalah kekerasan pada anak ini harus diselesaikan secara kolektif.