Yerry merasakan, tawaran abang-abang jualan minuman ringan itu memang menarik perhatian anak-anak sekaligus bikin penasaran bocah seusianya.
Dari situ, setiap keluar gerbang sekolah, dia menagih pil nipam yang katanya punya kekuatan rasa nikmat yang sedikit lebih banyak dari sekadar mengkonsumsi rokok yang selama ini disesapnya.
”Rasa” Apaan Sih?
”Saya hilang kesadaran, nggak ingat sepanjang hari itu. Saya pun bayar bajaj pakai uang dollar. Waktu itu saya punya dollar (uang dari ayah), padahal ongkosnya cuma dua ribu. Saya nggak tahu tuh apa yang terjadi, banyak yang saya lewatkan,” ucapnya mulai bingung bentuk kenikmatan seperti apa yang betul-betul dirasakannya pada waktu menenggak pil nipam pertamanya itu?
Lantas, jika sekarang kenikmatan yang dimaksud begitu gampang dilupakannya, lalu kenapa Yerry masih terus mencobanya?
”Mereka (pengedar) emang sengaja jualan buat anak-anak sekolahan. Dikasih free, tiap hari begitu. ’Cobain aja nih, bakal bikin hidup lo lebih asik!’ begitu janji mereka bikin saya make sampai 8 tahun ke depan,” ungkapnya sedikit kesel.
Mulai ketergantungan
Jeratan narkoba, seperti yang dirasain Yerry emang pertamanya bikin pecandu terbiasa aja dulu.
Pengulangan menelan satu pil haram setiap pulang sekolah akhirnya bakal jadi kebiasaan yang bikin penggunanya mulai ketergantungan.
”Dari pulang sekolah minum satu-satu. Pas weekend, berani nyobain ganja, minuman, dan rutin begitu terus sampai terbiasa,” jelasnya.
Sampai ganja, kata Yerry, efek candunya belum terlalu kuat. Namun jeratan pergaulan narkoba tidak bakal berhemti sampai situ. Dia bakal ngebawa seseorang untuk ngejaga penasarannya sampai harus nyobain heroin, putaw, sabu-sabu, ekstasi dan barang-barang yang punya kekuatan lebih.
”Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik,” ucapnya lagi-lagi menunjukan wajah menyesal.
Hancur Masa SMA?
Tak cuma jadi pengguna, Yerry udah berani untuk ikut mengedarkan narkoba ke teman-teman pergaulan lainnya. Dia melakukan itu demi bisa mendapat baranglain yang diinginkannya. Lagi-lagi, rasa penasaran itu nggak pernah habis meski telah mencobanya berulang kali.
”Padahal tadinya saya juara kelas. Juara tenis. Saya ranking 4 untuk tenis, dan di akademis paling nggak masuk 5 besar,” akunya waktu belum benar-benar terpengaruh narkoba. Namun seperti yang pernah disesalinya, sejak terjerat narkoba kehidupannya mulai kacau.