Grid.ID-Di Papua Barat, belum lama dikenal suku terasing yang dinamakan suku Korowai.
Suku ini baru ditemukan sekitar 30 tahun lalu, di pedalaman Papua.
Sampai tahun 1970, mereka bahkan tak tahu bahwa ada masyarakat lain selain suku mereka.
Jadi mereka benar-benar terasing.
(BACA JUGA Menyeramkan, Inilah 10 Monster Mengerikan di Sekitar Kita, Sebagian Penghisap Darah )
Jumlahnya diperkirakan sekitar 3000 orang.
Yang unik dari suku ini adalah mereka tinggal di atas pohon yang tinggi, dengan membuat rumah di bagian atasnya.
Beberapa rumah pohon bisa mencapai ketinggian 50 meter.
Seperti dilansir dari tribunnews, seorang wartawati dari NTV Jepang, sengaja datang untuk melihat suku tersebut secara langsung.
Perjalanan ketempat terisolasi tersebut termasuk jalan kaki dari kota besar Jayapura memakan waktu sedikitnya 9 jam.
Rutenya benar-benar melalui rimba hutan yang lebat, dan diperlihatkan dalam acara NTV kemarin (2/5/2017) malam selama satu jam antara jam 21.00-22.00.
(BACA JUGA Bingung Cari Kos-kosan? Pakai Aplikasi Ini Nggak Perlu Keluar Masuk Gang Lagi Loh! )
Kanibal
Beberapa tahun lalu, hal mengerikan muncul dari perilaku suku Korowai ini.
Dikabarkan mereka suka memakan manusia alias kanibal.
Seperti dilansir dari jeratpapua.org, ritual kanibalisme itu terjadi sebagai bentuk pembalasan dan hukuman bagi dukun jahat.
Setelah dibunuh, bagian tubuh orang akan dibagi antara anggota suku dan kemudian dimakan.
Pada tahun 2006, sebuah tayangan televisi menunjukkan 60 menit pembunuhan seseorang dalam masyarakat Korowai yang dihukum karena menjadi khakhua (penyihir).
Ia disiksa, dieksekusi, dan dimakan.
(BACA JUGA Oh Jadi Ini Alasan Kenapa Wanita Berubah Jadi Gemuk Setelah Menikah )
Dalam proses itu, wanita hamil dan anak-anak tidak dilibatkan menjadi kanibal.
Beberapa film dokumenter telah dibuat tentang Suku Korowai.
Pada tahun 1993, sebuah kru film mendokumentasikan Korowai mengkonstruksi rumah pohon dan menunjukan praktek kanibalisme.
Pada 2011, suku Korowai ditampilkan dalam dokumenter Human Planet di BBC.
Seperti dilansir dari vice.com, pada tahun 2006, seorang wartawan Australia bernama Paul Raffaele, juga pernah mengunjungi suku Korowai.
(BACA JUGA Lagi Ngetrend Kirim Karangan Bunga, Setelah Balai Kota Sekarang 3 Lokasi Ini yang diserbu )
Raffaele berhasil bertemu dengan suku Korowai setelah dipandu oleh Kornelius, seorang asli Sumatra yang telah bertemu suku Korowai sepuluh tahun sebelumnya.
Pemandu wisata Raffaele saat itu mengatakan, bahwa masyarakat Korowai kini masih memiliki kebiasaan memakan daging manusia.
Namun ritual ini sudah jauh berkurang sejak mereka mulai mengenal dunia luar.
Berdasarkan kepercayaan suku Korowai, mereka hanya membunuh manusia yang dianggap melanggar aturan terhadap kepercayaan mereka.
(BACA JUGA Duh, Jupe Dilarikan Mendadak, Tampak Lemah dan Tipis, Lihat Foto-fotonya )
Suku Korowai belum mengenal kuman penyakit, sehingga jika seseorang tewas secara misterius, mereka akan menganggapnya karena ulah penyihir (khuakhua).
Maka, warga yang dicurigai sebagai penyihir akan diadili.
Anggota tubuh orang yang dianggap penyihir yang mati akan dibagi-bagikan kepada semua warga.
Otaknya akan dimakan selagi hangat.
Orang yang membunuh penyihir berhak menyimpan tengkoraknya.
(BACA JUGA Sadis, Sopir di Garut Sengaja Lindas Istrinya Sendiri dengan Truk Tronton Hingga Hancur )
Jadi, bagi masyarakat Korowai, membunuh dan memakan daging manusia adalah bagian dari sistem peradilan pidana mereka.
Setelah memakan habis tubuh khuakhua, mereka akan memukul-mukul dinding rumah tinggi mereka dengan kayu sambil bernyanyi semalaman.
Menurut Raffaele, meski masyarakat Suku Korowai memiliki kebiasaan memakan daging manusia (kanibal), hal itu ternyata tidak dilakukannya setiap saat.
“Mereka juga memakan daging hewan yang biasa diburu seperti burung kasuari, ular, kadal, rusa, atau babi hutan."
"Mereka juga memenuhi nutrisinya dengan makan larva kumbang,” tutur Raffaele. (*)