Grid.ID - Bencana alam tanah longsor baru saja terjadi di Dusun Cimapag, Desa Sirnasari, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi pada Selasa (1/1/2018).
Total sudah ada 16 korban tewas dari bencana tanah longsor di Sukabumi tersebut.
Salah satu korban selamat bernama Suherman (31), mengaku sedang menonton acara televisi saat bencana tersebut terjadi.
Baca Juga : Tangis Pilu Keluarga Korban Longsor Sukabumi Saat Menanti Kerabat Mereka yang Masih Belum Ditemukan
"Istri saya sempat mendengar seperti ada suara gemuruh dari atas bukit, tapi kami tak menduga itu suara tanah longsor.
Saya bahkan sempat bilang pada istri saya bahwa itu mungkin suara motor," kata Suherman, Senin (1/1/2019).
Meski menduga itu hanya suara motor, kata Suherman, tak urung ia pun keluar untuk mengecek.
Saat itulah ia lihat material tanah seperti bergulung-gulung meluncur dari bukit dan sudah mengubur rumah tetangga yang lokasinya berada di atas rumah Suherman.
Dalam keadaan panik, Suherman pun berteriak-teriak sambil memburu anak-istrinya untuk menyelamatkan mereka.
Karena tak ada waktu lagi untuk menghindar ke tempat yang lebih aman, Suherman pun membawa anak dan istrinya ke bagian belakang rumah.
Baca Juga : Update Terbaru Longsor Sukabumi : Jumlah Korban Tewas Bertambah dan Evakuasi Masih Terus Dilakukan
Sementara suara gemuruh tanah terdengar semakin keras.
Setelah suara gemuruh berhenti, Suherman pun memberanikan keluar untuk melihat kondisi di sekitar rumahnya.
"Saya lihat semua sudah terkubur, termasuk rumah ibu dan bapak saya yang berada di atas," kata Suherman.
Baca Juga : Update Terkini Longsor Sukabumi : Jumlah Korban Tewas dan Foto-Foto Terbaru Proses Evakuasi!
Khawatir dengan keselamatan kedua orang tuanya, Suherman pun bergegas menuju lokasi rumah kedua orang tuanya berada.
Saat itulah, ia melihat ibunya, Ronasih (54), yang sebagian tubuhnya tertimbun tenggah berusaha keluar.
"Saya bersama warga lalu membawa ibu ke tempat yang lebih aman," katanya.
Baca Juga : Kisah Elan, Bayi Laki-Laki Berusia Tiga Bulan yang Berhasil Selamat dari Tanah Longsor di Sukabumi
Selesai menyelamatkan ibunya, Suherman pun kembali berlari ke lokasi rumah orang tuanya yang sudah roboh dan separuh terkubur.
"Sayup terdengar suara ayah saya meminta tolong. Kami pun segera berupaya menyelamatkannya," kata Suherman.
Posisi sang ayah, Aham (65), ketika itu, kata Sugereman, terjepit reruntuhan rumah dan sangat sulit untuk dikeluarkan.
Baca Juga : Korban Longsor di Sukabumi Bertambah, 9 Meninggal, 34 Masih Tahap Pencarian
Warga bahkan harus membawa dongkrak untuk mengangkat kayu yang mengimpit kaki Aham. Aham sempat terjebak di reruntuhan hampir selama empat jam.
Beruntung, meski sempat berjam-jam terjebak di reruntuhan rumahnya, Aham hanya menderita luka memar.
Aham kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Palabuhanratu, yang jaraknya sekitar 40 menit dari lokasi.
Baca Juga : Update Terbaru Longsor Sukabumi : Jumlah Korban Tewas Bertambah dan Evakuasi Masih Terus Dilakukan
Kengerian juga digambarkan Deden, warga Kampung Cigarehong.
Deden mengatakan, longsor mulai terjadi sebelum azan Magrib berkumandang.
Ketika itu Deden mendengar suara gemuruh sangat keras dari atas bukit.
"Kami langsung berlari ke musala dan berlindung di sana.
"Alhamdulillah, kami berhasil selamat walaupun sempat terkena runtuhan atap dan tembok," ujar Deden.
Hingga kemarin, batu sebesar-besar rumah, yang menggelinding dari bukit saat longsor terjadi, masih terlihat di antara tanah bercampur lumpur yang mengubur perkampungan.
Baca Juga : BNPB Ramalkan Banjir, Tanah Longsor dan Puting Beliung Masih Akan Terjadi di Indonesia Tahun 2019
Beberapa rumah yang masih terlihat hanya ytersisa atapnya hingga tampak seperti gundukan tanah. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribun News dengan judul, " 'Kami Berlindung di Musala, Batu-batu Sebesar Rumah Tiba-tiba Menggelinding dari Bukit' "