Find Us On Social Media :

Kisah Lucu-Haru Mbah Ponco dari Bom Jepang sampai Menjadi Nomine Aktris Terbaik ASEAN

By Hery Prasetyo, Sabtu, 6 Mei 2017 | 22:07 WIB

Mbah Ponco Sutiyem (95) menebar senyum.

Di mejanya masih ada satu teko teh, dan dua gelas teh kental tanpa gula kesukaannya.

Ruang tamu bergaya Jawa dengan gebyok dan beberapa foto keluarga. Di sekitar ruang tamu ada beberapa keranjang kacang tanah hasil panenanya.

“Mari sini mas,” katanya dalam bahasa Jawa.

Setelah beberapa saat berbincang, dia menceritakan tentang proses pengambilan gambar film Ziarah yang menjadikan dirinya sebagai nomine aktris terbaik.

Meski usianya lebih dari 90 tahun, ingatan Mbah Ponco tentang pembuatan film tahun 2015 lalu masih kuat.

Hanya saja, dia sudah tak begitu detail, Mbah Ponco hanya bisa menceritakan beberapa adegan.

Dia mengaku saat pengambilan gambar diajak ke beberapa lokasi di desanya, dan beberapa lokasi lainnya, seperti di wilayah Bayat dan Jombor, Klaten.

Sampai ke Embung Bathara Sriten di Kecamatan Nglipar Gunungkidul.

“Saya diajak dua kali yang hari pertama empat hari dan yang hari kedua delapan hari. Itu masuk ke desa-desa, di Jombor, Bayat, Klaten, Sriten,” ucapnya.

Jika merujuk dari sinopsis film tersebut, pada saat agresi militer Belanda ke-2 di tahun 1948, Sri terpisah dengan Prawiro.

Setelah beberapa tahun mencari tak ketemu, dan akhirnya bertemu dengan seorang sahabat Prawiro.

“(Dalam film) itu, nama saya Sri, katanya saya disuruh mencari kuburan seseorang, dan saya beli kembang di pasar, lalu menaburkan di atas makam,” ucapnya.