Meski begitu, Donny menekankan dimensi dan mesin berbeda dari Ignis akan membuat rasa AGS-nya juga berbeda.
“Dari dimensi kendaraan, kemudian kapasitas mesinnya juga berbeda 1.200 cc sehingga torsi lebih besar yang menggerakkan transmisi ini juga berbeda dibanding Karimun Wagon R,” tambahnya.
Wajar jika keraguan soal teknologi ‘baru’ seperti AGS ini memunculkan pertanyaan bagi masyarakat umum.
(BACA JUGA: Inilah Perbedaan Rumah Anies dan Sandiaga, Ada Lapangan Bola dan Kolam Renangnya)
Bagaimana kalau sampai rusak?
“Kalau sampai rusak perlu diganti utuh modul kopling elektroniknya,” jawab Riecky Patrayudha, Service Head SIS.
Soal harga, pihak SIS belum dapat membeberkan berapa yang dibutuhkan bila sistem kopling elektrisnya tersebut mengalami kegagalan.
Begitu pula website e-Parts Suzuki Indonesia yang belum mencantumkan harga bila terjadi kerusakan AGS.
Diklaim Riecky, rasa kikuk yang biasa dialami kebanyakan pemakai karena digunakan layaknya transmisi otomatis konvensional.
“Kalau dari matic ke AGS pasti terasa aneh, tapi kalau dari manual akan terasa sangat nyaman,” tuturnya.
(BACA JUGA: Tak Seperti Biasa, Begini Kondisi Rumah Sakit Tempat Jupe Dirawat)
Soal nyaman, tentu paling utama karena absennya kopling.
Rasa ‘aneh’ yang dimaksud karena jeda perpindahan gigi yang cukup lama.
Ini membuat feel kosong ketika berakselerasi tanpa melepas pedal gas di saat kopling elektronik mengganti giginya.
Juga pada kondisi seperti tanjakan, dimana mobil tidak akan otomatis menahan tak bergerak ketika pedal remnya dilepas.
“Kalau dibiasakan rasanya akan enak. Misalnya, saat gigi akan berganti pedal gasnya dilepas atau ketika tanjakan angkat rem tangan saat berhenti,” tambah Riecky.
Perlu diingat juga, tak ada gigi ‘P’ di AGS.
Jadi jangan bingung mencarinya ya. (*)