Laporan wartawan Grid.ID, Ria Theresia
Grid.ID - Berkarir di Hollywood ternyata tak seindah yang banyak orang pikirkan.
Livi Zheng, seorang sutradara muda asal Indonesia ini mengaku dirinya sempat tidak percaya diri mengambil bidang perfilman untuk masa depannya meskipun itu adalah passion-nya.
Wanita kelahiran Malang, 28 tahun silam ini mengatakan ia tidak tahu harus memulai darimana jika ingin berkarir di dunia film mengingat keluarga besarnya mayoritas berlatar-belakang teknik dan bisnis, dan karena lapangan kerjanya lebih luas, Livi Zheng akhirnya mengambil jurusan ekonomi.
(BACA JUGA: Ahok Dipenjara 2 Tahun, Ini Cuitan Selebritas yang Tiba-Tiba jadi Religius!)
Saat mengambil kuliah ekonomi pun, Livi Zheng juga kerap mengambil kursus perfilman hingga membantu di lokasi syuting film.
Tepat menjelang wisuda, ia mulai berpikir untuk menekuni keinginannya berkarir di dunia film yang memang membutuhkan waktu dan energi yang ekstra. (BACA JUGA: 5 Anak dari Seleb Cantik Ini Berparas Memesona Karena Menikahi Bule... Bangga!)
"Pada akhirnya, saya memutuskan untuk memilih film. Saya mendaftarkan diri ke program S2 dan saya bertekad bulat untuk menyutradarai film layar lebar," ungkapnya.
Livi Zheng sendiri diketahui baru saja menamatkan pendidikannya dari University of Southern California (USC) yang merupakan universitas bergengsi mencetak bibit bertalenta di hollywood termasuk sutradara Star Wars Geroge Lucas, dan sutradara pemenang piala Oscar, A Beautiful Mind, Ron Howard.
(BACA JUGA: Wanita Jangan Lupa Lakukan Ini Setelah Berhubungan Seks dengan Suami ya, Penting Biar Makin Mesra!)
"Pada waktu saya memutuskan untuk menjadi sutradara film di Hollywood, ada yang bilang, “You are everything wrong about a director, you’re asian, you’re a woman and you’re young” tuturnya.
Minim pengalaman, Livi Zheng mulai banyak bekerja sambil membantu di lokasi syuting. Ia pernah bekerja di bagian production design, prop, kostum, fight choreography hingga menjadi asisten. "Yang susah lagi, tantangan mental tentunya. Skenario Brush with Danger ditolak 32 kali sebelum diterima dan dijadikan film layar lebar. Setiap kali ditolak walaupun sudah 32 kali ditolak tetap belum kebal hehehe," ungkapnya saat menjelaskan proses produksi film pertamanya Brush with Danger. "Menurut aku kata belajar tidak mengenal kata sia-sia. Buat aku, apapun yang kita pelajari, bidang apapun itu, suatu hari pasti akan kepakai," tutupnya. (*)