Juga dengan ibu kandungnya, yang sehari-hari menjadi pedagang jamu keliling kampung naik sepeda angin.
"Sama adik dan ibu, saya diminta telepon ke nomor seperti petunjuk di botol. Saya ikuti, dan coba sampai empat kali dalam empat hari berturut-turut saya hubungi nomor itu tidak bisa. Baru hari kelima, bisa, kemudian diberi nomor atas nama Pak Edwin, saya hubungi tidak bisa, selanjutnya Pak Edwin mengunjungi balik," cerita Ning.
Kemudian mereka melakukan verifikasi, tanya jawab, beli dimana, rumah dimana, nomor rekening, bank terdekat, dan lainnya.
Hingga Rabu (10/5/2017) pagi, saat Surya tiba lebih awal dari tim Ichitan, Ning masih belum percaya.
"Sampai sekarang saya masih belum yakin sih. Tapi kalau ada wartawan datang berarti ya benar. Saya belum dikasih tahu kalau hari ini tim Ichitan akan datang," ungkapnya.
(BACA JUGA Tangisan Bayi Dari Pemakaman Gegerkan Sabtu Pagi Warga Cibinong, Disamperin dan Bungkusan Jaket Merah)
Hanya bila itu benar, Ning akan menggunakan uangnya untuk melunasi hutang dan menabung untuk beli rumah. Hutang itu dilakukan, karena dia dan suaminya sedang ingin membeli rumah. Kemudian dijanjikan seseorang untuk bisa membeli rumah di daerah Sidoarjo. Saat itu dia beri uang muka hasil tabungannya sendiri.
Tapi orang yang menjadi marketing rumah itu mengaku kalau perlu biaya tambahan untuk pengurusan surat-surat rumah.
Karena tabungannya sudah habis, demi mendapatkan rumah, Ning dan suaminya nekat meminjam uang.
"Tapi begitu uang pinjaman itu saya serahkan, orang tersebut menghilang. Termasuk bersama uang muka yang saya beri dari semua tabungan. Habis semua," ungkap Ning sambil berusaha menahan tangisnya.
Di rumah yang didatangi tim Ichitan, merupakan rumah kontrakan berukuran kecil.
Terbagi menjadi tiga ruangan, ditempati oleh empat orang dewasa dan dua balita.