Prompt dan notifikasi (ransom note) tersebut berbahasa Indonesia karena Wanna Decryptor bersifat multi-lingual untuk menyasar korban di berbagai negara.
Ada lebih dari 25 bahasa yang bisa ditampilkan oleh Ransomware ini, termasuk Indonesia dan Inggris.
Apabila pihak rumah sakit ingin menyelamatkan data yang disandera itu, tebusan senilai 300 dollar AS (sekitar Rp 4 juta).
(BACA JUGA: Nama Penjahat Star Wars Ini Makin Populer Sebagai Nama Bayi di 2016)
Jika uang tebusan telah ditransfer, pembuat virus akan membuka enkripsi atau kunci agar sistem dan data dapat diakses seperti sediakala.
Uang tebusan harus dikirim dalam bentuk Bitcoin ke dompet digital sang pembuat program jahat.
Bitcoin adalah mata uang digital alias cryptocurrency yang transaksinya tidak bisa dilacak sehingga populer digunakan oleh kalangan dunia hitam, termasuk pelaku serangan cyber dan pembuat ransomware.
Di Inggris, dokter-dokter di setidaknya 16 rumah sakit dibuat kerepotan lantaran dibuat tidak bisa mengakses rekam medis pasien karena ulah ransomware ini.
(BACA JUGA: Ini Dia 12 Nama Asli Artis Indonesia, Nomor 6 Pernah Dicemooh dan Nomor 7 Panjang Banget!)
Senjata cyber NSA
Pihak ESET mengatakan Wanna Decryptor tergolong unik dibandingkan ransomware lain karena memanfaatkan kelemahan sistem operasi Windows.
Kelemahan ini berasal dari senjata cyber dinas intel Amerika Serikat, NSA, yang dicuri dan dibocorkan oleh kelompok hacker Shadow Broker pada April lalu.
Ransomware ini menyerang perusahaan dari berbagai sektor, mulai dari bank, rumah sakit, hingga telekomunikasi dan kereta api.
Untuk mencegah infeksi, Eset menyarankan pengguna untuk segera melakukan update untuk komputer berbasis Windows.
Khusus untuk Windows XP, disarankan untuk upgrade Windows ke versi yang lebih baru karena OS lawas ini sudah tidak mendapat patch sekuriti dari Microsoft. (*)
(Penulis: Oik Yusuf/Kompas.com)