"Jumlah kematian sangat-sangat tinggi di sini," Ujar Zuckerman, "Kebanyakan dari mereka meninggal setelah 13 bulan dirawat."
Penyebab kematiannya berubah seiring waktu, tapi penyebabnya bukan hal yang tidak biasa.
Kebanyakan meninggal karena tuberkulosis, serangan jantung, dan beberapa karena penyakit epidemik demam kuning dan influenza.
Kematian juga terkadang disebabkan kurangnya nutrisi, seperti pellagra yang disebabkan kekurangan vitamin B.
Orang-orang yang jasadnya ditemukan di makam rumah sakit jiwa kemungkinan memiliki saudara yang tidak bisa datang untuk mengambil jenazah, atau tidak dikabari pada waktu yang tepat.
Walaupun sudah bertahun-tahun berlalu, menurut Zuckerman, masih ada anggota keluarga yang ingin tahu apa yang terjadi.
"Orang-orang terus ingin tahu, bisakah kamu menemukan pendahuluku di catatanmu?" Ujar Zuckerman.
"Secara keseluruhan ini hanyalah kesedihan dan rasa penasaran yang besar," tambahnya.
Biasanya, Zuckerman menerima dua sampai tiga surel dalam seminggu dari keturunan pasien RSJ yang kebetulan melihat atau membaca hasil kerjanya.
Kadang ia bertemu dengan mereka, kadang juga berbicara lewat telepon, tapi menurut Zuckerman, tidak ada cerita yang bahagia, semuanya tragis.
Zuckermen mengatakan tim peneliti berharap bisa menggali semua peti mati dan mengidentifikasi semuanya.
Peneliti juga berencana membuat fasilitas nemorial, pusat pengunjung dan juga pusat penelitian silsilah. (Intisari)