Grid.ID - Mayat-mayat itu ternyata terkubur di bawah lahan universitas.
Jumlahnya tak kira-kira. Para peneliti menemukan kurang lebih 7.000 mayat.
Mayat-mayat itu bedada di bawah lahan Universitas Mississippi. Mayat-maya siapakah mereka?
Penemuan mayat tersebut sempat menimbulkan rasa penasaran besar bagi publik Amerika Serikat dan dunia.
Namun, berdasarkan sejarah unversitas tersebut, maka bisa diperkirakan siapa mayat-mayat tersebut.
Universitas ini mulai menerima murid pada 1848 dan terus berkembang.
Namun, pada 1862 pecah Perang Saudara dan universitas itu pun difungsikan sebagai rumah sakit.
Bahkan, sebagian mahasiswa mereka juga terjun dalam perang dan banyak yang meninggal dunia.
Selain itu, ada penjelasan bahwa dulunya lahan Universitas Mississippi merupakan bagian dari rumah sakit jiwa daerah Mississippi, sebelum rumah sakit tersebut ditutup 80 tahun lalu.
Menurut Dr. Molly Zuckerman, profesor antropologi di Mississippi, setelah menemukan 66 peti mati pada 2012 lalu, tim peneliti menggunakan radar untuk mendeteksi jasad pasien yang dikubur di lahan tersebut.
Dari pencarian itu, setidaknya ada 35 ribu orang yang menjadi pasien di rumah sakit jiwa ini pada tahun 1855 sampai 1935.
Dan saat masih dibuka, kematian adalah hal yang umum terjadi di antara para pasien.
"Jumlah kematian sangat-sangat tinggi di sini," Ujar Zuckerman, "Kebanyakan dari mereka meninggal setelah 13 bulan dirawat."
Penyebab kematiannya berubah seiring waktu, tapi penyebabnya bukan hal yang tidak biasa.
Kebanyakan meninggal karena tuberkulosis, serangan jantung, dan beberapa karena penyakit epidemik demam kuning dan influenza.
Kematian juga terkadang disebabkan kurangnya nutrisi, seperti pellagra yang disebabkan kekurangan vitamin B.
Orang-orang yang jasadnya ditemukan di makam rumah sakit jiwa kemungkinan memiliki saudara yang tidak bisa datang untuk mengambil jenazah, atau tidak dikabari pada waktu yang tepat.
Walaupun sudah bertahun-tahun berlalu, menurut Zuckerman, masih ada anggota keluarga yang ingin tahu apa yang terjadi.
"Orang-orang terus ingin tahu, bisakah kamu menemukan pendahuluku di catatanmu?" Ujar Zuckerman.
"Secara keseluruhan ini hanyalah kesedihan dan rasa penasaran yang besar," tambahnya.
Biasanya, Zuckerman menerima dua sampai tiga surel dalam seminggu dari keturunan pasien RSJ yang kebetulan melihat atau membaca hasil kerjanya.
Kadang ia bertemu dengan mereka, kadang juga berbicara lewat telepon, tapi menurut Zuckerman, tidak ada cerita yang bahagia, semuanya tragis.
Zuckermen mengatakan tim peneliti berharap bisa menggali semua peti mati dan mengidentifikasi semuanya.
Peneliti juga berencana membuat fasilitas nemorial, pusat pengunjung dan juga pusat penelitian silsilah. (Intisari)