Laporan Wartawan Grid.ID, Kama Adritya
Artikel ini merupakan hasil rekaan dari berbagai kesaksian dan wawancara dengan unit pemadam kebakaran wilayah Lebak Bulus, Jakarta. Kejadian pada artikel ini terjadi pada hari Minggu (14/05/2017) di Jakarta.
Grid.ID - Hari Minggu siang di kantor pemadam kebakaran wilayah Lebak Bulus, semua kegiatan berjalan seperti biasa.
Meski pada siang hari yang terik di bagian selatan kota Jakarta ini, hal ini tidak menghalangi para petugas pemadam kebakaran yang bertugas.
Kantor pemadam kebakaran wilayah Lebak Bulus ini bertempat persis di depan halte busway dan terminal MRT Lebak Bulus yang sedang dibangun.
Moto “Pantang Pulang Sebelum Padam” terpampang jelas di bagian depan kantor tersebut.
(BACA JUGA: Langkah Makeup Cantik Simpel Flawless ala Laudya Chyntia Bella, Ternyata Mudah Banget! )
Tepat pukul 11.15 WIB, pria setengah baya yang berperawakan kecil masuk ke ruang istirahat yang ada pada kantor tersebut.
Pria yang diberikan julukan nama ‘Dokter’ itu terlihat sedang bersantai dan bersiap untuk menyantap makan siangnya.
Ketika ditanya kenapa ia diberi nama julukan ‘Dokter’, ia menjawab “Karena sebelum jadi pemadam, saya pernah ditawarkan untuk menjadi dokter di Singapura”.
“Tapi saya tolak, karena saya ingin berbakti pada negara tercinta ini” ujarnya.
Kalau dilihat perawakannya memang tidak seperti dokter, tapi dirinya sudah 9 tahun mengabdi sebagai pemadam dan raut mukanya terlihat sarat pengalaman.
“Kalau lihat mukanya, nggak ada yang percaya kalau dia itu dokter kan?” seloroh seorang pria lain yang berada di ruang istirahat itu.
Pria ini dinamakan ‘Haji’, alasan dirinya mendapat nama tersebut karena dirinya sudah pernah naik haji sejak kecil dulu.
(BACA JUGA: Menemukan Harta Karun, Pria Ini Kaya Mendadak dan Mendapat Bayaran Rp34 Miliar)
Haji lalu memperkenalkan temannya yang lain, “Kalau yang ini kita panggil ‘Bola’, karena dulu dia mantan atlit sepak bola.” Ujarnya sambil menunjuk pria lain yang berkumis dan berbadan tegap namun kurus.
Di saat Haji mengenalkan Bola, lalu masuk pria berumur yang kemudian langsung diperkenalkan “Nah, kalau ini Senior nih, 6 bulan lagi dia pensiun.”
Senior tersenyum lalu mengeluarkan nasi bungkus yang akan disantapnya.
Saat dirinya mengeluarkan makanan tersebut terlihat bekas luka bakar di tangannya, entah luka dari kasus kebakaran yang mana, karena dirinya sudah puluhan tahun mengabdi.
Datangnya makanan tersebut membawa keriaan dalam ruang istirahat tersebut.
Karena malam sebelumnya, mereka habis bertarung memadamkan api yang membakar sebuah kafe di bilangan Blok M.
“Persis di belakang Polres, semalaman kita bertugas melawan api” kata Haji.
“Tapi karena tugas jaga kita itu 24 jam, maka setelah semalaman berjuang, kita tetap stand by”.
Kemudian para pemadam kebakaran ini mulai menyantap makan siangnya.
(BACA JUGA: Menurut Sains, Ini Adalah Posisi Duduk yang Paling Aman Saat Naik Kendaraan Umum)
Tapi tiba-tiba suara sirene pun berbunyi dengan kencang.
Tak lama terdengar suara dengan nada serius dari radio yang ditaruh di atas meja.
“Siaga, siaga! Terjadi kebakaran di kawasan Pasar Minggu! Di jalan Samali Ujung, segera ditindak lanjuti”
Tanpa banyak bicara, keempat pria tersebut langsung beranjak menuju posisi masing-masing meski baru sesuap nasi yang masuk ke dalam perut mereka.
“Sesuai dengan protap, kita kirim 4 unit ke lokasi” ujar Senior yang kemudian diamini oleh rekan-rekannya.
“Mobil Rescue ada di mana? Kok tidak ada?” tanya Bola ke teman-temannya.
“Sedang dipinjam untuk kebutuhan sosialisasi pak” jawab seseorang yang terlihat paling muda di antara rekan-rekannya, yang kemudian diketahui namanya Anto dan baru beberapa bulan bergabung sehingga belum punya nama julukan.
Haji, Bola, Senior, Dokter, dan Anto pun segera memasuki mobil pemadam yang berbeda-beda.
“Setiap unit mobil pemadam kebakaran ini punya fungsi yang berbeda-beda, tergantung dari kebutuhan di lokasi nanti” jelas Haji.
“Seperti mobil Senior itu adalah mobil pompa portabel, yang isinya adalah pompa untuk mengambil air dari sumber air mana saja yang ada”
“Lalu mobil Bola adalah mobil dengan tangga panjang, yang digunakan untuk mengakses gedung bertingkat”
“Mobil yang dinaiki Dokter adalah mobil Rescue Unit, yang isinya peralatan untuk mendobrak rumah atau membuka jalan untuk menyelamatkan orang”
“Sedangkan mobil yang saya naiki ini adalah mobil yang memiliki selang panjang dan daya semprot bertekanan tinggi untuk menggapai tempat-tempat tinggi dan jauh” tutup Haji.
Tak sampai 5 menit, semua pemadam kebakaran sudah mengenakan seragam dan baju anti apinya serta helm pengaman, dan langsung berangkat menuju lokasi kebakaran.
Perjalanan menuju ke lokasi berjarak 10 km ini memakan waktu sekitar 15 menit saja karena kebetulan di hari Minggu ini jalanan agak lengang.
Saat di perjalanan, Haji berkata “Lihat itu ada teman-teman dari Kemang dan Kalibata, kayaknya kebakaran gede nih”
Terlihat di kejauhan ada rombongan 4 unit mobil pemadam kebakaran yang juga menuju ke lokasi dari arah yang berbeda.
Kalau ditotal berarti ada 12 unit mobil yang bergerak menuju lokasi.
(BACA JUGA: Penting! Waterproof dan Water Resistant Itu Beda! Smartphone Kebanyakan Water Resistant, Ini Penjelasannya)
Haji bergumam “Wah, kayaknya bakal sempit nih. Jalanan pemukiman padat susah dilalui oleh mobil pemadam besar-besar ini.”
Saat mendekati lokasi, terdengar kabar dari radio “Unit Kalibata telah tiba di lokasi, langsung melakukan pemadaman”
Tak lama kemudian terdengar arungan sirene yang bunyinya berbeda, yang ternyata datang dari suara rombongan ambulans yang mendekati lokasi juga.
“Para ambulans itu juga mendengarkan radio yang sama kayak kita, jadi mereka juga merespon sesuai protap. Mereka kirim 4 unit juga.” Sahut Haji.
Benar saja, kekhawatiran Haji terbukti ketika melihat jalanan menuju ke rumah yang terbakar begitu sempit dan hanya cukup untuk satu mobil.
“Wah, kita sebaiknya standby di sini saja” kata Senior lewat radio yang mengarahkan rombongan di tepi jalan Warung Jati Timur.
Rombongan pun parkir menunggu aba-aba dari tim respon pertama yang berada di lokasi.
Dokter dan Senior pun bergegas menuju ke lokasi kebakaran dengan berjalan kaki.
(BACA JUGA: 5 Posisi Duduk yang Bisa Membongkar Kepribadianmu, Kok Bisa? ini Penjelasannya)
Di horizon di atas atap rumah-rumah pemukiman yang padat terlihat asap tebal yang menjulang tinggi.
Sementara Bola dan Anto berinisiatif mengatur lalu lintas, karena posisi parkir rombongan pemadam kebakaran yang memakan banyak tempat di jalan, sehingga lalu lintas terganggu.
“Sebenarnya kalau sesuai protap, harusnya ini Polisi dan Dishub juga merespon dengan mengirim orang untuk bantu kita atur lalu lintas nih” ujar Bola.
“Soalnya kalau semua mengandalkan pemadam saja, lalu siapa yang madamin api dong?” ujar Bola kesal.
Tak lama, asap yang tadinya membumbung tinggi sedikit demi sedikit mulai samar dan akhirnya tidak terlihat lagi.
Dokter dan Senior pun kembali ke rombongan, “Satu rumah habis dilalap api, namun unit Kalibata dan Kemang sudah dapat mengatasinya” sahut Senior.
(BACA JUGA: Kisah Bayi Dania, Lahir Kondisinya Seperti ini, Kini Beginilah Dia Sudah Tumbuh Besar)
“Sekarang sedang proses pendinginan, untungnya tidak ada korban” tambahnya.
“Jadi kita standby saja mas?” tanya Anto
“Iya kita standby saja, karena tampaknya kebakarannya terisolasi kok. Rumah pak haji, sayang banget kebakar. Kayaknya karena korsleting tuh” jawab Senior.
“Baguslah, kita nggak perlu adu nyawa kali ini.” Sahut Bola sambil terus mengarahkan lalu lintas yang mulai padat.
“Iya, kita sering harus adu nyawa di kota ini. Tapi sudah 3 tahun ini, gaji kita tidak dinaik-naikkan” keluh Dokter.
“Walaupun ada gaji ke-14 ya, tapi tetap saja kurang kalau dihitung-hitung” timpal Haji yang turut bergabung setelah mengkoordinasikan timnya.
"Tapi kerja jadi pemadam memang seru sih, nggak cuman api yang harus kita hadapi. Tapi pohon tumbang sampai ular piton saja musti kita hadapi." ujar Haji yang sering berseloroh bahwa dirinya lah yang dua kali menyelamatkan ular piton di kala banjir.
“Kalau saya sih tidak terlalu memersoalkan gaji, yang penting istri dan anak di rumah bisa makan, saya sudah puas” sambung Senior.
“Ya situ enak bentar lagi pensiun, hahaha” samber Haji yang kemudian diikuti tawa oleh lainnya.
(BACA JUGA: HATI-HATI! Jangan Langsung Nyalakan Komputer Kantor Senin Besok, Akibatnya Bisa Fatal)
Tak terasa, 30 menit berlalu. Bola masih terus mengatur lalu lintas tanpa henti.
Kemudian datang motor yang menghampiri para pemadam yang sedang standby tersebut, “Permisi, lokasi kebakarannya di mana ya?”
Pas dilihat, ternyata pemotor tersebut adalah orang dari Dinas Perhubungan yang mengikuti protap untuk membantu para pemadam mengamankan lokasi.
“Wah akhirnya bapak datang, silahkan gantian pak” sahut Bola.
Terdengar suara dari radio, “Lokasi sudah aman, bisa kembali ke stasiun masing-masing”.
“Ayo kawan-kawan, kita kembali ke markas. Hari masih panjang, masih ada 5 jam lagi sampai shift kita berakhir” sahut Senior mengarahkan rekan-rekannya.
“Siap!”
(BACA JUGA: Petugas Bandara di Australia Kaget, Temukan ini Dalam Sepatu Penumpang Asal Indonesia!)
Para pemadam kebakaran berbaju kuning oranye ini pun langsung bergerak sigap menuju posisinya masing-masing.
Arungan sirene pun berbunyi untuk meminta jalan mereka untuk kembali.
Meski nyawa yang menjadi taruhannya, mereka berangkat tanpa pamrih.
Memang mereka pantang pulang sebelum padam. (*)