Grid.ID - Terkadang publik terlalu keburu memvonis seseorang.
Ketika ada perilaku aneh, tak jarang orang itu dianggap gila.
Itulah yang dialami wartawati cantik bernama Susannah Cahalan.
Dia sempat dianggap punya penyakit jiwa, karena memiliki perilaku yang aneh.
Setelah sembuh, Sussanah akhirnya membagikan pengalaman hidupnya bagaikan cerita dalam sebuah film horor.
Ia berharap ceritanya ini akan memberi pencerahan bagi publik.
Awalnya ketika dia baru berusia 24 tahun, kariernya sebagai seorang wartawati berada dalam tingkat kesuksesan yang paling gemilang.
Namun sejak Susannah pindah ke rumah barunya di New York, semua mimpi buruknya berawal.
Setiap malam dia tidak bisa tidur, selalu merasa tubuhnya gatal, kadang bahkan sesak napas.
Dia juga selalu merasa ranjangnya ada bau bangkai binatang, tapi ke mana pun mencari, dia tidak menemukannya.
Sejak iu semangatnya mulai menurun dan dia semakin tidak ingin pergi kerja.
Bahkan, dia selalu merasa ada sesuatu yang mengikutinya di sampingnya.
Setelah beberapa lama, waktu keluarganya datang mengunjunginya, mereka kaget melihat keadaannya.
Keluarganya hampir tak mengenalinya, wajahnya kusut dan berantakan.
Susannah bahkan tidak bisa berkomunikasi secara normal dengan orang lain, persis seperti orang gila.
Akhirnya keluarganya membawanya ke rumah sakit dan ternyata penyakitnya malah semakin parah.
Dia jadi suka menyerang orang lain, mudah marah dan kasar, bahkan beberapa kali mau kabur.
Kadangkala dia menyerang suster dan keluarganya.
Dia sudah melakukan berbagai pemeriksaan. Bahkan sudah berganti banyak sekali dokter.
Dokter sendiri curiga kalau Susannah mengalami gangguan kejiwaan dan perlu ke rumah sakit jiwa untuk diobati.
Semua teman dan keluarganya pun merasa dia sudah gila.
Penyakit langka
Sampai akhirnya seorang Dokter Souhel Najjar muncul dan melakukan sebuah tes yang sangat aneh!
Dia tidak lagi harus diambil darah atau di X-ray.
Dokter Najjar hanya melakukan pemeriksaan dengan cara yang sangat simpel.
Dia meminta Susannah untuk menggambar sebuah jam di atas selembar kertas.
Setelah Susannah menyelesaikan gambar ini, dokter Najjar semakin yakin akan diagnosisnya.
Keanehan pada Susannah bukan disebabkan oleh gangguan jiwa, melainkan oleh karena alasan fisiologis.
Gambar jam yang dibuat Susannah, semua angkanya ada di sebelah kanan.
Dokter merasa ada bagian dari otaknya yang mengalami kerusakan.
Berdasarkan hasil tes ini, dokter Najjar melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Dokter mendiagnosis Susannah menderita penyakit Anti-NMDA Receptor Encephalitis.
Untuk mengetahui penyakit ini sangatlah tidak mudah, karena gejalanya sangat mirip dengan sakit kejiwaan lainnya.
Padahal sakit ini menyerang kekebalan tubuh pasien dari otak.
Kalau saja dokter Najjar tidak melakukan pemeriksaan ini, mungkin Susannah akan dikirim ke rumah sakit jiwa.
Tentu, penyakitnya malah akan bertambah parah, bahkan mungkin akan koma atau meninggal.
Susannah tinggal di rumah sakit selama sebulan sampai kesadarannya kembali pulih.
Kalau dia ingat kembali beberapa bulan terakhir hidupnya, semuanya itu seperti mimpi.
"Selama di rumah sakit, semua ingatanku itu cuma sebagian, potongan potongan yang buruk saja."
"Aku perlu melihat rekaman di rumah sakit, berbicara dengan dokter. Bertemu keluarga dan banyak mendengar penjelasan dari pacarku."
"Baru aku tahu lebih banyak hal. Aku perlu menggunakan kemampuanku sebagai wartawan untuk menemukan diriku saat itu," tuturnya.
Penyakit seperti ini baru ditemukan di tahun 2007 lalu.
Untungnya Susannah bertemu dengan dokter Najjar yang juga menyelidiki penyakit ini.
Setelah pulih, dia akhirnya menulis sebuah buku berjudul "Brain on Fire" yang menuliskan kisah dan pengalamannya selama sakit.
Di dalamnya ia menuliskan berbagai hal yang dia alami, termasuk mengucapkan kata-kata aneh waktu dia mewawancarai orang.
Dia merasa dirinya diracun oleh orang lain.
Bahkan, dia merasa keluarga dan dokter semuanya ingin mencelakainya.
Waktu itu merupakan mimpi buruk bagi Susannah.
Kamu bisa mendengar pengalamannya lebih lanjut di dalam video di bawah ini. (Tribun Sumsel)