Grid.ID - Sama seperti Thomas Alva Edison yang ia kagumi, Naufal Raziq berhasil menciptakan penerangan melalui energi listrik.
Naufal sendiri mengagumi Thomas Alva Edison karena penemuannya sekarang ini bisa dinikmati. Seandainya (Edison) tidak bisa menemukan bagaimana? Dunia ini bisa gelap," ungkap bocah kelas 3 MTs Negeri 1 Langsa, Aceh ini, saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Jumat (19/5/2017).
Bukan sekadar penerangan biasa, Naufal Raziq memanfaatkan energi listrik dari pohon kedondong pagar, untuk menerangi kota di sekitar kediamannya di Tampur Paloh, Aceh Timur.
Kemampuan Naufal itu didapatkannya dari hasil pengembangan ilmu pengetahuan alam yang didapatkanya di sekolah pada 2012 silam, yang membuatnya paham bahwa asam yang dikandung pada buah dapat menciptakan energi listrik.
(Baca Juga: Keren! Perusahaan Ini Akan Menambah Gaji Jika Karyawan Bisa Kurusan)
"Awalnya dari pelajaran IPA, di situ dijelaskan buah-buah asam seperti kentang, jeruk, dan mangga dapat menghasilkan energi listrik dengan cara sederhana," tutur Naufal Raziq.
Naufal lantas bereksperimen dengan buah lain, hingga tersirat di benaknya bahwa jika buah mengandung asam, maka pohonnya otomatis juga dapat menghasilkan asam.
"Jadi Naufal menemukan dondong pagar ini, terpikir oleh buah asam, tentu saja di pohonnya mengandung asam. Naufal menemukan dondong pagar ini bertahap, dari mangga belimbing asam Jawa, sekurangnya tiga tahun," tutur bocah yang ingin sekali menempuh pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB) itu.
Pohon kedondong pagar, menurut Naufal, memiliki batang yang besar dan mudah tumbuh, sehingga dianggap mampu lebih cepat menyediakan listrik.
"Jadi masing-masing pohon itu ada keunggulannya. Kenapa kedondong pagar? Karena memiliki batang yang besar, mudah tumbuhnya. Jika kita kupaskan kulitnya dia tidak busuk, malah menyembuhkan dirinya, recovery," ungkap Naufal.
(Baca Juga: Kesengsem Duda Keren di Internet, Setelah Ditelusuri, Ternyata Menantunya Sendiri !)
Untuk menghasilkan listrik, dibutuhkan pula tembaga dan logam untuk mengubah listrik menjadi asam. Lalu, tembaga dan logam dilapisi tisu dan kain, yang kemudian ditempelkan ke pohon untuk menghantarkan listrik.
"Jadi, dengan kain fungsinya mengubah asam menjadi listrik. Setelah itu dibungkus dengan tisu, dengan kain dilipat jadi satu, dan sudah bisa dipasang ke pohon," papar Naufal.
Dari satu pohon kedondong pagar, dapat menghasilkan empat buah lubang. Tiap lubangnya mengandung tegangan listrik sebesar 1 Volt.
"Untuk penerangan, empat pohon itu satu lampu, delapan pohon untuk dua lampu," terangnya.
Perihal biaya, tutur Naufal, untuk dua lampu pada satu rumah menghabiskan dana sebesar Rp 1,2 juta, yang ke depannya akan difasilitasi oleh Pertamina.
"Jadi, fasilitas itu Pertamina semua yang nanggung, masyarakat tinggal sediakan pohon aja, jadi alat dari kita," imbuh Naufal. (*)
(Baca Juga: Nih 5 Ayah Keren, Foto Bareng Anaknya Aja Muka Masih Kencang!)