Grid.ID - Konsumen di Indonesia rata-rata memilih produk yang berkualitas terutama produk-produk import.
Bahkan menurut sebuah penelitian perilaku konsumen menyatakan bahwa merek yang memiliki status prestis atau yang memiliki simbol merek yang mencerminkan pemakainya akan membuat orang cenderung menggunakan merek tersebut meski produk yang dibelinya adalah produk tiruan.
Kesimpulan lain penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Brawijaya, mengatakan bahwa kecenderungan perilaku konsumen Indonesia adalah memuja produk fashion luar negeri dibandingkan dengan produk lokal.
Sungguh miris jika produk dalam negeri dikira kualitasnya lebih rendah dari produk import.
(BACA JUGA Punya Bisnis Fashion Muslim, Istri Sultan Djorghi Tidak Jual Secara Online)
Faktanya, ada produk-produk dalam negeri yang kualitasnya lebih bagus dan disenangi oleh warna luar Indonesia.
Produk dalam negeri ini pun banyak yang mengira jika produk ini adalah produk lokal hanya gara-gara namanya menggunakan nama asing.
Inilah 10 produk fashion dalam negeri yang dikira produk import.
1. Wakai
Banyak orang Indonesia bahwa sepatu merk wakai adalah buatan Jepang.
Padahal, Wakai adalah produk asli buatan Indonesia lo!
Kasut kain tersebut diproduksi oleh PT Metroxx Global, merupakan pemegang lisensi produk fashion mancanegara, termasuk Crocs dan Superdry.
Jepang hanya menyentuh sebagian besar desain sepatu, sehingga Wakai pun mencantumkan embel-embel made of Japan, yang sekilas terbaca made in Japan.
(BACA JUGA 5 Tren Model Sepatu Musim Panas 2017 yang Kamu Wajib Punya! )
2. Buccheri
Jika dilihart dari nama terlihat seperti produk import.
Padahal faktanya Buccheri yang mulai diproduksi pada tahun 1980an ini ini diproduksi oleh PT. Vigano Cipta Perdana.
Memakai bahan yang berkualitas dan model yang menarik memberik kesan sepatu ini adalah barang import.
Hal itu membuat banyak orang mengira produk ini adalah buatan luar negeri.
Buccheri telah menjadi salah satu industri fasion ternama di dunia.
Diawali dengan sebuah toko kecil di Pasar Baru, Jakarta Pusat, kini produk Buccheri telah memiliki lebih dari 90 cabang yang di seluruh Indonesia.
(BACA JUGA Begini 4 Cara Pilih Sepatu yang Benar, Agar Tetap Nyaman Dipakai Lama)
3. Edward Forrer
Edward Forrer adalah perusahaan alas kaki dan tas asal Indonesia.
Perusahaan ini dinamakan sesuai nama pendirinya, Edward Forrer, yang akrab disapa Edo.
Ia mulai memproduksi sepatu pada tahun 1989 di Bandung, Jawa Barat.
Edo memulai usahanya berjualan sepatu dari pintu ke pintu.
Sepatu buatannya ketika itu dikenal unik dan kukuh karena dibuat dengan tangan serta desainnya dikustomisasi.
Dengan cepat namanya menyebar dan dalam setahun, produksi sepatu yang awalnya hanya lima pesanan dalam seminggu bertambah menjadi lima pesanan dalam sehari.
Pada tahun 1990, bermodalkan uang Rp.200.000 Edward membeli sebuah mesin jahit dan merekrut dua orang karyawan.
Kini Edward Forrer memiliki lebih dari 50 gerai di Indonesia, Australia, Malaysia, dan Hawaii.
3. Bodypack dan Eiger
Dua produk ini diproduksi oleh PT. Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) yang bergerak pada bidang pembuatan tas, fashion dan aksesoris.
Ronny Lukito, adalah orang dibalik awal mula produk tas yang dipakai untuk aktivitas luar ruang.
Kantor pusat dan pabriknya berlokasi di Bandung, Jawa Barat.
Produk Eiger pertama kali dipasarkan di Bandung pada 1979.
Kualitas barang-barangnay tidak kalah dengan produk impor.
Tak heran, produk Eiger sudah diimport ke berbagai negara mulai dari negara-negara Asia hingga negara-negara Eropa sejak tahun 1988.
Eiger memiliki 3 toko di luar Indonesia, Malaysia, dan Brunei.
Produk ini diproduksi oleh kelompok Delamibrands yang bergerak di bidang fashion baik untuk wanita maupun pria.
Awalnya, The Executive bernama “Executive 99″ yang lahir tahun 1974.
Lalu pada tahun 1985 berganti pemilik, dan tahun 2000 berganti nama menjadi The Executive.
Saat ini, brand The Executive bisa dijumpai di berbagai kota di Indonesia.
Selain di Indonesia, gerai The Executive juga bisa ditemui di Malaysia, Singapura, dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya.
5. Tomkins
Tomkins adalah merek sepatu buatan Indonesia yang diproduksi oleh PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk.
Dikutip dari laman Primarindo, pada awal pendirian, perusahaan ini memproduksi sepatu sport yang seluruhnya diekspor.
Pada tahun 2002, Reebok yang merupakan buyer utama perusahaan ini melakukan relokasi usaha yang berakibat terhentinya pemesanan.
Seiring dengan terhentinya pemesanan ekspor tersebut, perusahaan yang memilki pabrik di Gedebage, Bandung mulai merintis penjualan sepatu di pasar dalam negeri dengan merk sendiri yaitu “Tomkins”.
Sampai saat ini, penjualan sepatu Tomkins telah tersebar ke seluruh Indonesia dan bisa dipesan melalui online/e-commerce.
Produknya beragam, mulai dari sepatu anak-anak, sepatu anak muda, hingga sepatu wanita.
6. Lea Jeans
Jins dengan merek LEA cukup terkenal untuk para penyuka jins di Indonesia.
Dengan logo dan model iklan berbau Amerika, mungkin banyak orang yang mengira bahwa produk tersebut buatan luar negeri.
Lea Jeans merupakan produksi asli dari PT Lea Sanent yang pabriknya beroperasi di Tangerang, Banten.
Merek yang cukup ternama ini pertama kali diluncurkan pada tahun 1976 dengan produk pakaian casual, jeans, dan aksesoris lainnya berdesain ala Amerika.
Di Jakarta dan sekitarnya, ada 4 gerai mandiri Lea Jeans, di Citraland Mall, Blok M Plaza, Atrium Plaza, dan Margo City Depok.
7. Terry Palmer
Terry Palmer adalah merek handuk dengan kualitas mumpuni yang diproduksi di Tangerang di bawah bendera PT. Indah Jaya, Tangerang.
Terry Palmer diklaim sebagai handuk paling higienis dan klinis di dunia.
Terry Palmer terbuat dari 100% Combed Cotton untuk kelembutan ekstra mewah dan daya serap maksimal.
Pencetus produk Sophie Martin adalah orang Perancis bernama Bruno Hasson dan Sophie Martin.
Di tahun 1989, Hasson datang ke Indonesia dan pasangannya Sophie yang juga gemar mendesain tas pun akhirnya memutuskan untuk bisnis tas di Indonesia.
Diproduksi di Indonesia, Sophie Martin pun akhirnya digemari oleh kaum wanita di Indonesia.