Grid.ID - Usia bukan halangan untuk manusia untuk selalu membuat karya yang bermanfaat bagi banyak orang.
Dan usia bukan halangan untuk mau belajar tentang segala sesuatu hal yang baru.
Hal inilah yang dilakukan, Le Thin (97), nenek asal Vietnam vietnam yang mau belajar dari menggunakan internet.
Salah satu akun sosial media yang dimiliki adalah akun facebook.
Dia menggunakan Facebook salah satunya untuk belajar hal baru.
(BACA JUGA Ini 5 Cara Agar Kamu Dan Mertua Makin Lengket)
Pada usianya yang ke- 97 dia telah kehilangan hampir semua giginya dan memilki kelainan yang menghalangi gerakannya.
Dia menghabiskan sebagian besar waktunya berbaring di tempat tidur sambil mengunyah kacang pinang.
Di ujung usia yang ke-100, dia masih memiki hasratnya untuk menulis, melukis dan, terutama belajar.
Di antara waktu berbaringnya, dia dengan cepat membungkuk tegak sebeblum membuka laptopo yang ada di samping.
(BACA JUGA Gara-gara Tulisan Inilah, Akun Facebook Afi Nihaya Dibekukan)
Selain menggunakan facebook, Le Thin juga menggunakan video call dengan Skype dengan cucunya yang tinggal di Moskow, Rusia.
Pada usia 87, dia sempat menuliis buku terakhirnya.
Selain otobiografinya, Le Thin telah menulis sekitar 50 buku dan buku harian.
Padahal jika dulunya Le Thin adalah anak yang buta huruf.
(BACA JUGA 6 Cara Canggih Menggunakan Google Apps, Cukup Lewat Suara!)
Rasa keingintahuan dan hasrat akan pengetahuan inilah yang membuat Le Thi adalah nenek paling cerdas di Vietnam.
Bagaimana tidak, setiap hari dia mencari berita dari Google dan Yahoo.
Dia pun juga aktif memperbarui halaman di akun Facebook miliknya dan tetap berhubungan dengan keluarga serta teman melalui Skype.
Dia juga sering memberi komentar di beberapa forum sastra dan meninggalkan komentar.
(BACA JUGA Astaga, Kepala Nenek ini Tertancap Raket Bulu Tangkis, Ternyata Gara-gara ini)
Le Thinpertama kali belajar menggunakan komputer pada tahun 2007 karena dia akan menulis buku tentang kisah hidupnya sendiri.
Ia merasa sulit untuk menulikan pena di kertas sehingga dia merasa harus belajar mengoperasikan komputer.
"Tangan saya gemetar dan saya tidak bisa melihat semuanya dengan jelas," ujar Le Thin kepada channelnewsasia dan dikutip oleh Grid.ID.
Kegigihannya dan kemauannya mendorong cucu-cucunya untuk membawakan laptop dan mengajarinya mengetik.
Tiga tahun kemudian di tahun 2010, dia meluncurkan otobiografinya yang berukuran 600 halaman.
(BACA JUGA Setelah Tertunda 50 Tahun, Nenek 72 Tahun Ini Akhirnya Raih Gelar Sarjana)
Ia pun memiliki banyak penggemar muda yang telah memberinya julukan seperti "Lady Teen" dan "Forever Young".
"Meski usiaku hampir 100 tahun, jiwaku berusia 20," kata Le Thi sambil menyeringai ompong.
Ia menikah degan seorang guru saat perang Amerika dan Vietanam, Vietnam.
Suaminya meninggal dunia akibat terkena bom saat perang.
(BACA JUGA Puluhan Anak Histeris dan Terpisah Dari Orangtua Saat Bom Meledak di Konser Ariana Grande )
Dari hasil pernikahan yang hanya berlangsung 17 bulan ini, Le Thin memiliki satu anak laki-laki.
Hingga usianya yang ke-94 ini, Le Thin telah menyelesaikan lebih dari 2.000 lukisan yang kebanyakan ia simpan, bukan dijual.
Le Thi masih memiliki proyek besar sekuel buku, The Whirl of Life.
"Saya menulis tentang pemikiran saya tentang kehidupan modern," ungkapnya menjelaskan latar belakang sekuel ini.
"Dunia adalah kolam pusaran materialisme dan orang mengira uang bisa membawa mereka kebahagiaan. Tapi bagi saya, kebahagiaan adalah kebebasan, kebahagiaan adalah pengetahuan, dan kebahagiaan adalah sains," ujarnya.
(BACA JUGA TERPOPULER: Pasangan yang Pamer Foto Memalukan, Bintang Porno Cebol dan Bom di Kampung Melayu)
Waktu adalah sesuatu yang selalu ada dalam pikirannya.
Le Thi mengakui bahwa usianya akhirnya tak berbohong dan menulis saat ini tidak semudah dulu.
Dia dulu bisa begadang sepanjang malam untuk menulis tapi sekarang dia lelah setelah beberapa jam saja berada di depan layar komputer..
Meski begitu, nenek buyut itu tidak menyerah.
"Saya ingin mentransfer pengetahuan saya kepada cucu-cucu saya," katanya.
Ia pun juga menegaskan bahwa musuh terbesar dari kehidupan seseorang adalah kebodohan karena malas belajar.
"Ada jutaan hal yang ingin saya ketahui. Butuh satu abad lagi untuk belajar lebih banyak, tapi saya bersedia melakukannya," ujarnya sambil tersenyum. (*)