Tewasnya anggota TNI dan Ansor ini kemudian didengar oleh anggota PNI dan Ansor dan warga lainnya yang memicu kemarahan mereka.
Hingga akhirnya, pembunuhan massal dengan cara yang sadis seperti dibunuh dan dikubur di sumur pun terjadi di Desa Tegal Badeng dengan memakan banyak korbannya.
Tak hanya dibunuh, puluhan warga yang diduga menjadi pengikut PKI pun dijemput dan dijebloskan ke sel tahanan. Mereka pun kemudian akhirnya dibantai secara sadis.
Peristiwa di Tegal Badeng Barat ini pun akhirnya berlanjut di wilayah lainnya di Kabupaten Jembrana seperti di Desa Batuagung, Desa Penyaringan, Desa Candikusuma, Desa Melaya, hingga desa-desa lainnya dan menimbulkan kepanikan massal.
"Memang yang paling banyak korbannya ada di Desa Tegal Badeng itu, tapi saya tidak tahu persis bagaimana kejadian dan berapa jumlah korbannya."
"Yang pasti saat itu, rapat gelap di Tegal Badeng dengan tewasnya anggota TNI dan Ansor tersebut menjadi pemicu pembunuhan sadis di tempat lainnya," katanya.
Tahun 1965-1966 memang menjadi fase gelap dalam sejarah bangsa Indonesia.
Pada periode tersebut, terjadi pembantaian massal besar-besaran terhadap orang-orang yang dituduh simpatisan dan anggota PKI.
Bali menjadi daerah tempat pembantaian massal terhadap mereka yang dituding komunis.
"Yang paling saya ingat betul kejadian yang di Desa Penyaringan, ada tawanan PKI yang dibunuh dengan sadis di hadapan saya."
"Makanya saya paling menghindar kalau disuruh membunuh, pasti saya banyak alasannya karena takut. Ini terjadi sekitar akhir September tahun 1965 lalu, bertepatan dengan kejadian di Jakarta saat itu," ungkap Ketut Gede yang sempat menjadi Sekretaris Sekretariat PNI Cabang Jembrana pada tahun 1965. (Tribun Bali/I Gede Jaka Santhosa)