Sebab, orang itu begitu bersemangat mengikuti marathon dan keilihatan dalam keadaan kekurangan.
Sebagai atlet, Ibrahim berpikir akan mudah meminta sepatu kepada panitia.
Namun, ternyata panitia tidak bisa menyediakan sepatu untuknya, sedangkan start sudah harus dimulai.
Akhirnya, Ibraim terpaksa berlari tanpa sepatu dan hanya menggunakan kaus kaki.
"Awalnya sangat berat bagi saya, terutama di jalan-jalan aspal," aku Ibrahim.
"Namun, saat memasuki jalan-jalan tanah rasanya sangat enak," tambahnya kepada situs berita Estonia, Delfi.
Meski sempat tersiksa di jalanan aspal dan kepanasan, Ibrahim tetap berlari penuh semangat.
Pada kilometer ke-11, dia sudah memimpin marathon.
Sejak itu, dia tak terkejar dan masuk finis paling pertama sebagai juara.
Selisih waktunya dengan urutan kedua adalah 4 menit, jarak yang sangat jauh.
merencanakan ikut lomba marathon yang sudah 35 tahun berlangsung itu.
"Ketika berlari, saya lupa bahwa saya tak memakai sepatu. Saya hanya berlari seperti biasanya," ucap Ibrahim Mukunga Wachira.