Find Us On Social Media :

Miris, Lama Menunggu Jadwal, Pasien BPJS Penderita Kanker Menghembuskan Nafasnya

By Alfa Pratama, Jumat, 2 Juni 2017 | 04:42 WIB

Ulan (41) penderita kanker payudara meninggal dunia akibat lambat mendapatkan penanganan medis.

Grid.ID - BPJS Kesehatan merupakan salah satu layanan penting untuk masyarakat.

Namun tak banyak masyarakat pemegang kartu BPJS terlayani dengan baik. 

Bahkan menurut riset yang dilakukan oleh Perkumpulan Prakarsa di 11 kabupaten/kota yang melibatkan 1.344 responden rumah tangga menunjukkan beragam keluhan yang dirasakan dalam prosedur pemeriksaan dokter.

Salah satu temuan menarik dari riset tersebut adalah adanya kuota yang ditetapkan oleh pihak dokter atau fasilitas kesehatan untuk menerima pasien yang menggunakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Kondisi ini menyebabkan terbatasnya jumlah layanan yang dapat dimanfaatkan oleh pasien.

(BACA JUGA Payudara Ada Benjolan, Jangan Panik Terkena Kanker, Ini Cara Membedakan yang Jinak dan Ganas)

Keterbatasan jumlah layanan pun akhirnya mengorbankan pasien, parahnya pasien terlambat dan ditangani. 

Hal dialami oleh warga Kabupaten Bogor. 

Apen (42), dan anaknya-anaknya ditinggalkan istrinya Ulan (41) yang meninggal dunia karena penyakit kanker payudara yang dideritanya.

"Makamnya masih merah, baru seminggu istri saya meninggal," ucap Apen pelan saat ditemui TribunnewsBogor.com di rumahnya.

Apen bercerita, berbagai upaya medis dan non medis sudah dilakukan untuk mengobati penyakit istrinya.

(BACA JUGA Yana Zein Gunakan BPJS Kesehatan untuk Pengobatan Kanker Payudara, Ini Prosedur dan Aturannya)

Dengan berbekal kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan Kartu Indonesia Sehat, Apen membawa istrinya ke sejumlah rumah sakit.

Tentunya dengan harapan, istrinya bisa tertolong dan mendapatkan pengobatan medis yang semestinya.

Pria yang tinggal di Kampung Pasir Maung RT 6/6, Desa Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat itu bercerita, penyakit kanker payudara yang diderita istrinya itu semakin parah sejak tujuh bulan lalu.

(BACA JUGA Inilah 12 Fakta Penyakit yang Diderita Yana Zein Hingga Meninggal Dunia, Nomor 10 Bikin Miris)

Awalnya, timbul benjolan merah dibagian payudara sebelah kiri almarhum.

Kemudian, benjolan itu pun semakin besar hingga akhirnya pecah mengeluarkan darah bercampur nanah.

Berbagai cara pengobatan pun sudah dilakukan Apen untuk istrinya dari mulai pengobatan alternatif hingga medis.

Namun, Apen menyesalkan saat langkah pengobatan medis yang dilakukannya ternyata tidak sesuai harapan.

"Mungkin karena saya pakai BPJS, jadi kurang diperhatikan," katanya.

(BACA JUGA Video Detik-Detik Andi Soraya, Terisak Mengenang 'Keisengan' Yana Zein)

Mulanya dia melakukan pengobatan rutin ke klinik disekitar rumahnya.

Kemudian, pihak klinik merujuk istrinya ke RSUD Cibinong untuk penanganan lebih lanjut.

Di RSUD Cibinong, pihak rumah sakit memberikan surat rujukan untuk dilakukan pengobatan di RS Fatmawati Jakarta dengan alasan peralatan tidak memadai.

Dia pun mengikuti semua prosedur yang disarankan oleh pihak RSUD Cibinong untuk membawa istrinya ke RS Fatmawati Jakarta.

"Sempat masuk ruang IGD di RS Fatmawati, tapi dibawa pulang lagi karena saya harus menyiapkan uang. Uang dari mana sampai puluhan juta," katanya.

(BACA JUGA Ya Ampun, Selama Ini Yana Zein Nggak Punya Asisten, Sosok Ini yang Membantunya Sampai Memakaikan Wig di Kepalanya!)

Masih di rumah sakit yang sama, Apen pun mencoba mengambil nomor antrean dengan menyertakan kartu BPJS Kesehatan milik istrinya dan mendapatkan nomor antrean C 026.

Dengan nomor antrean C 025 tersebut, istrinya baru akan bisa dilayani pada tanggal 2 Agustus 2016.

"Padahal, kondisi istri saya sudah sangat buruk," katanya.

Tidak berhenti disitu, Apen kembali berusaha mendatangi kantor BPJS Bogor lantaran menurut informasi yang diterimanya pihak BPJS Bogor bisa mengetahui rumah sakit mana yang kosong dan bisa memberikan pelayanan kepada istrinya.

(BACA JUGA Ini Yang Diminta Yana Zein Sebelum Meninggal)

"Saya harus nunggu dua bulan kalau mau berobat pakai BPJS. Dan istri saya tidak terselamatkan dan meninggal seminggu lalu." ujarnya dengan berlinang air mata.

Saat menunggu antrean sekitar dua bulan di rumahnya, istrinya tidak diminta untuk melakukan rawat jalan.

"Padahal saya bayar iuran BPJS, tapi kenapa pelayanannya seperti itu," kata Apen sambil menarik nafas panjang.(*)