Dengan bersemangat, Khamim menceritakan masing-masing budaya orang, di setiap tempat baru yang ia singgahi.
Yang mengharukan, ayah Khamim mengaku, anaknya itu sedari kecil tak pernah mau merepotkan dirinya.
"Anak saya sangat kuat dan bersemangat. Kalau ada sesuatu yang dia mau, dia akan dapatkannya, dia tidak meminta bantuan keuangan dari saya," kata Syaufani.
Selain itu, menurut Syaufani, ibu Khamim telah meninggal dunia sepuluh tahun lalu.
Syaufani pun menceritakan hal-hal tak mengenakkan yang dialami Khamim di jalan.
"Khamim pernah hampir dirampok sebelum meninggalkan Indonesia. Kemudian di Thailand."
"Di India orang setempat ada yang memberikan arah yang salah kepadanya, sehingga memperlambat perjalanan anak saya," jelas Syaufani.
Syaufani sendiri sebelumnya juga ragu anaknya itu akan berhasil sampai ke Mekkah.
Namun, setelah mendengar anaknya smapai ke Dubai, Syaufani kini merasa yakin berhasil.
Soal banyak netizen yang bertanya bagaimana dengan menyeberang lautan, Khamim memang menempuh sejumlah perjalanan dengan kapal.
Tentu saja, ada beberapa negara yang tak bisa dilintasi dengan jalan kaki, karena terpisah lautan.
Tercatat, Khamim hanya 3 kali naik kapal.
Diantaranya, saat menyeberang dari Merak ke Bakahuni, lalu dari Jambi ke Johor Bahru (Malaysia), kemudian Karachi (Pakistan) ke Muscat (Oman). (*)