Dia tahu betul bagaimana mengusapkan riasan ke mata, pipi, dan bibir.
Begitu juga, ketika menaruh alat-alat make-up, carmen bisa meletakkannya di tempat secara tepat tanpa geser sedikit pun.
Sang suami juga sering curiga, karena Carmen ternyata sering mencuri-curi menonton Televisi.
Kalau ketahuan, dia pura-pura tak melihat, tapi kemudian dia melirik ke televisi.
Namun, Carmen begitu kuat mempertahankan "kebutaannya", hingga keluarganya lama-lama menganggap dia benar-benar buta.
Rupanya, Carmen capek juga pura-pura buta hampir 30 tahun.
Dia pun kemudian mengungkap kebohongannya selama ini dan menjelaskan alasan tindakannya.
"Dulu saya malas dan capek menyapa orang yang tak saya suka di jalan, kemudian berhenti dan bicara basa-basi," cata Carmen Jimenez.
"Saya bukan orang yang berjiwa sosial. Dengan berpura-pura buta, saya tidak punya banyak tanggung jawab sosial," katanya kepara Hay Noticia.
Pengakuan Carmen itu membuat keluarganya bahagia, karena mendapati kenyataan bahwa dia tidak buta.
Namun, dia akan menghadapi tuntutan hukum dari pemerintah.
Sebab, selama ini Carmen terdaftar di catatan sipil sebagai orang buta, sehingga mendapatkan bantuan daru pemerintah.
Karena ternyata selama 28 tahun dia hanya pura-pura buta, maka harus mempertanggungjawabkannya.
Hanya saja, jika sampai pemerintah kecolongan, maka mereka juga memiliki kelemahan hukum.
Sebab, seharusnya pemerintah melakukan tes kebutaan sebelum benar-benar mencatat Carmen sebagai wanita tunanetra.
Kabar Carmen yang ditulis Hay Noticia itu sudah menyebar ke mana-mana, sampai ke Amerika Latin. (*)