Grid.ID - Masih ingat kasus Supriono yang terpaksa menggendong jenazah anaknya dari RSCM Jakarta Pusat ke Bogor untuk dikuburkan?
Peristiwa tahun 2005 itu sempat mengagetkan dan menimbulkan simpati besar.
Hanya gara-gara tak bisa menyewa ambulance, Supriono akhirnya membawa mayat anaknya yang meninggal di RSCM dengan menggunakan gerobak ke Stasiun Tebet.
Saat akan naik kereta, Supiono malah ditangkap petugas karena diduga melakukan pembunuhan.
Padahal, yang ia gendong adalah anaknya sendiri, Khaerunnisa (3), yang sudah meninggal dan dia hanya ingin menguburkannya di Bogor.
Kasus yang nyaris sama kembali terjadi.
Kali ini dialami kakek Shankar Sah (60), Warga Desa Ranibari, Distrik Purnia, India.
Ia berduka cita karena istrinya, Susheela Devi (50), meninggal dunia.
Susheela meninggal karena sakit di rumah sakit Purnia, Jumat (2/6/2017).
"Setelah kematian istri saya, saya diminta untuk mengambil mayat itu," kata Shankar Sah.
Tentu saja, dia meminta pertolongan agar rumah sakit itu menyediakan ambulance untuk membawa jenazah istrinya.
"Ketika saya meminta petugas medis yang bertugas untuk membawa kendaraan, membawa jenazah ke desa, mereka menyuruh saya mengaturnya sendiri," kata Shankar Sah.
Dia kemudian menghubungi ambulance. Ternyata, sang sopir meminta bayaran Rs 2.500.
Karena tak punya uang, Shankar Sah tidak mampu memenuhi bayaran itu.
Shankar Sah dan anak laki-lakinya, Pappu (32), kemudian mencari cara yang ada.
Karena hanya ada sepeda motor, maka mereka memanfaatkan moda transportasi itu untuk mengangkut jenazah Susheela Devi.
Shankar Sah dan Papu lalu menempatkan tubuh Susheela di atas sepeda motor.
Pappu menjadi pengendara dan Shankar Sah berada di belakang memegangi jenazah istrinya.
Mereka memang keluarga miskin. Shankar Sah dan anaknya masih menjadi pekerja upahan di Punjab ketika mereka mendapat kabar bahwa Susheela jatuh sakit.
Mereka bergegas kembali ke kampung halaman dan membawanya ke rumah sakit Purnia, namun nyawanya tak tertolong.
Namun, rumah sakit itu berkilah bahwa mereka tidak memiliki mobil pengangkut jenazah.
Ahli bedah sipil Purnia M M Wasim mengatakan, tidak ada mobil mayat yang tersedia di rumah sakit saat itu.
Kendaraan yang biasanya digunakan untuk mengangkut jenazah sedang tidak berfungsi. Karena itu, setiap orang harus mengurus sendiri pengangkutan jenazah.
Meski begitu, kasus ini disayangkan banyak orang.
Hakim Distrik Pankaj, Kumar Pal, menyesalkan kejadian itu dan memerintahkan penyelidikan terhadap kasus ini.
"Sebuah komite beranggotakan dua orang telah dibentuk untuk menangani kasus tersebut. Komite telah diminta menyampaikan laporannya dalam dua hari," katanya.
Sehari sebelumnya, ternyata terjadi kasus yang sama.
Seorang wanita malang terpaksa dibawa menggunakan gerobak sampah ke Rumah Sakit Medis Sri Krishna di Muzaffarpur untuk pemeriksaan mayat.
Ini menyebabkan kemarahan dan mendorong pemerintah daerah untuk melakukan penyelidikan.
Tak hanya itu, pada Maret 2017, kerabat wanita yang meninggal di rumah sakit kesehatan Muzaffarpur, terpaksa menggendong jenazah keluarganya itu dengan berjalan kaki sekitar 500 meter.
Mereka juga tak mendapatkan fasilitas ambulance.
Beruntung, mereka akhirnya menemukan becak dan pulang. (*)