Find Us On Social Media :

5 Mainan Ini Bisa Mengajarkan Anak Belajar Coding Sejak Dini, Calon Inventor Masa Depan!

By Kama, Jumat, 16 Juni 2017 | 22:34 WIB

Belajar coding lewat mainan

Laporan Wartawan Grid.ID, Kama Adritya

Grid.ID – Di era teknologi yang sudah semakin maju, tampaknya masa depan akan banyak membutuhkan kemampuan pemrograman dan coding.

Banyak orang yang menjadi penemu atau yang sering disebut sebagai maker atau inventor, dan membuat kehidupan umat manusia menjadi lebih mudah lewat temuannya.

Menjadi seorang maker itu selain butuh pengetahuan juga membutuhkan rasa keingin tahuan, kreativitas, dan rasa pantang menyerah.

(BACA: Lebih Gawat! Peneliti dari Ceko Meramalkan Bumi Dihantam Asteroid Dalam 5 Tahun Lagi!)

Semua kebutuhan itu akan lebih mudah dikuasai jika dipelajari dari usia kecil.

Karena saat anak-anak, perkembangan otak dan emosinya lebih cepat menyerap sehingga jika dikenalkan kepada dunia maker sejak kecil dapat menjadikannya modal untuk di masa depan nanti.

Karenanya, ada beberapa perusahaan teknologi yang melihat pentingnya mendidik anak-anak untuk menjadi maker ataupun inventor sejak kecil.

Sehingga mereka pun membuat produk yang dapat memberikan bekal untuk anak-anak di masa depan nanti.

Dari perusahaan mainan besar, startup, sampai dengan Google turut memberikan kontribusinya demi mendidik generasi penerus kita.

Berikut ini adalah produk-produk yang dapat dikenalkan ke anak-anak kita, yang dapat mengajarkan cara menjadi maker dalam bentuk permainan yang menyenangkan untuk di usianya.

Cubetto (Primo Toys)

Primo Toys adalah sebuah perusahaan dari London yang memusatkan perhatian mereka untuk membuat produk yang bertujuan untuk mengajarkan balita bagaimana untuk bisa coding (membuat pemrograman) tanpa layar.

Produk yang dikenalkan mereka adalah Cubetto.

Mainan ini menjadi produk edukasi yang paling banyak mendapat dukungannya di Kickstarter, hingga bisa mendapatkan dukungan sebesar US$1.596.457 dari 6553 orang.

Salah satu di antara yang mendukungnya adalah co-founder dari Arduino.

Cubetto terdiri dari sebuah robot dari kayu, sebuah papan untuk mengendalikan robot tersebut, dan kepingan-kepingan kecil yang akan memberikan perintah ke robot.

Sekilas, Cubetto terlihat seperti mainan-mainan untuk balita pada umumnya, di mana terdiri dari sebuah kotak, papan, dan kepingan warna-warni.

Namun, Cubetto dapat melatih logika berpikir anak-anak karena kepingan kecil tersebut akan dapat menggerakkan si robot kayu ketika diletakkan di papan.

Beragam bentuk dan warna kepingan tersebut akan mengajarkan si anak bahwa ketika mereka memasukkan kepingan yang berbeda-beda maka si robot juga akan bergerak sesuai dengan kepingan yang mereka masukkan.

Konsep Cubetto yang sangat simple dan sederhana inilah yang membuat betapa bermanfaatnya produk ini untuk bekal anak-anak kita di masa depan nanti.

Bahkan, Cubetto juga masih menarik untuk dimainkan untuk anak-anak di jenjang pendidikan SD sekalipun.

(BACA: Di Luar Angkasa, Cacing Ini Berubah Menjadi Punya Dua Kepala)

littleBits (littleBits Electronics)

Satu lagi startup di bidang invention yang memberikan kontribusinya untuk mengajarkan semua orang bagaimana menjadi maker dengan cara yang mudah dan tidak memerlukan peralatan elektronik yang rumit.

littleBits adalah startup tersebut dan memiliki misi untuk memberikan kemampuan elektronik untuk semua orang dengan cara menyederhanakan teknologi yang kompleks agar semua bisa membuat prototype dan menjadi inventor.

Dan itu yang mereka lakukan. littleBits adalah produk buatan mereka yang tidak memerlukan solder, menyambung-nyambung kabel, ataupun programming.

littleBits yang memberikan nama produknya dengan nama yang sama ini terdiri dari komponen-komponen kecil yang disebut Bits, yang masing-masing memiliki fungsi khusus seperti lampu, suara, sensor, atau tombol.

Semua komponen ini dapat disambung melalui magnet yang terdapat di masing-masing bits, dan bergabung menjadi sebuah kesatuan yang dapat melakukan berbagai macam jenis fungsi.

Praktis ada trilyunan macam kombinasi fungsi yang mungkin diciptakan dari littleBits ini.

Teknologi kompleks yang disederhanakan oleh littleBits ini juga termasuk dengan teknologi Internet of Things (IoT).

Sehingga littleBits juga memungkinkan kita untuk membuat solusi-solusi IoT seperti Smart Home yang dekat dengan kehidupan kita sehari-harinya.

Caranya yang sederhana ini juga memungkinkan untuk anak-anak kecil untuk mengembangkan kreativitas mereka dalam menciptakan produk baru dengan menggunakan littleBits.

littleBits mengeluarkan jenis-jenis produknya dalam beberapa jenis paket, seperti Base, Premium, dan Deluxe Kits.

Seperti layaknya mainan LEGO, littleBits juga memberikan paket basic (Base) yang dapat dijadikan landasan awal untuk kemudian digabungkan dengan paket lain seperti Premium dan Deluxe yang menawarkan jenis bits dengan fungsi yang lebih beragam lagi.

Jika anak-anak sudah dapat membuat produk-produk dengan menggunakan littleBits ini, maka ke depannya mereka pun bisa langsung membuat produk-produk lain dengan skala yang lebih besar.

Sehingga potensi maker mereka semakin tergali.

(BACA: Wow! Wonder Woman Ternyata Juga Bisa Menyanyi dan Menari)

LEGO Mindstorms EV3 (LEGO)

Rasanya belum lengkap kalau perusahaan mainan paling terkenal ini tidak ikut ambil bagian dalam mengajarkan anak-anak menjadi maker.

LEGO adalah perusahaan yang terkenal dengan mainan balok-balok kecil yang bisa digabungkan menjadi sebuah bentuk baru.

Itupun sebenarnya juga sudah menjadi modal dasar bagi anak-anak untuk menjadi maker.

Di mana membutuhkan imajinasi dan kreativitas tinggi juga untuk dapat membuat bentuk baru dari kepingan-kepingan balok kecil.

Sehingga tak heran jika kemudian LEGO mengeluarkan produk baru yang menambahkan fungsi baru pada balok-balok kecil tersebut.

Seri tersebut diberikan nama LEGO Mindstorms, di mana selain balok-balok LEGO juga terdapat fungsi motorik, sensor, dan pemrograman di dalamnya.

LEGO Mindstorms ini memadukan software dan hardware untuk memberikan kita sebuah robot yang terdiri dari balok-balok LEGO dan dapat diprogram untuk menjalankan perintah yang kita berikan pada robot ini.

Pertama kali diperkenalkan pada tahun 1998, hingga sekarang muncul berbagai macam pengembangan terhadap seri Mindstorms ini.

Hingga yang terkini adalah versi EV3 yang dirilis pada 2013 lalu.

LEGO Mindstorms EV3 adalah generasi ketiga dari balok-balok robot ini.

Paket ini terdiri dari bagian motor, sensor, balok EV3 yang bisa diprogram, 550+ balok LEGO, dan sebuah remote control.

EV3 bisa dihubungkan ke smartphone, sehingga kita juga bisa memasukkan sistem operasi alternatif yang dibangun dari Linux ke dalam microSD.

Dengan LEGO Mindstorms EV3, anak-anak dapat dilatih untuk membangun robot serta belajar programming untuk memberikan perintah kepada robot tersebut.

Tidak hanya sekadar robot biasa, berkat beragamnya fungsi sensor pada EV3 seperti sensor suara, gerak, cahaya, sentuhan, sampai dengan ultrasonik, memberikan banyak kemungkinan fungsi operasi robot yang dapat dibuat.

Bukan sebuah hal yang mustahil jika nanti ketika besar, anak kita bisa membuat versi robot yang lebih besar lagi.

(BACA: Temukan Sosok Pria Dalam Kamar Irfan Hakim, Bikin Petugas Hotel Grand Tjokro Jakarta Urungkan Niat Bersihkan)

Project Bloks (Google)

Salah satu kebutuhan dasar saat menjadi seorang maker adalah kemampuan logika saat berpikir.

Kemampuan inilah yang kemudian menjadi modal saat coding atau membuat program dari invention kita.

Google sebagai salah satu perusahaan teknologi yang paling ternama di dunia ini membuat sebuah proyek di mana tujuannya adalah untuk melatih anak-anak belajar coding.

Proyek ini dinamakan Project Bloks. Proyek ini hasil kerjasama gabungan antara Google, Paulo Blikstein dari Stanford University, dan IDEO.

Project Bloks itu sendiri adalah sebuah platform open hardware yang dapat digunakan oleh semua orang demi untuk pengelaman coding fisik untuk anak-anak.

Platform ini terdiri dari tiga bagian utama, yaitu “Brain Board”, “Base Boards”, dan “Pucks”.

Brain board adalah otaknya, di mana di dalamnya terdapat unit processing utama yang terbuat dari Raspberry Pi Zero.

Bagian ini yang akan memberikan tenaga dan konektivitas ke seluruh sistemnya.

Sehingga memungkinkan kita untuk membuat sesuatu yang dapat terhubung lewat WiFi maupun Bluetooth.

Sedangkan Base Boards adalah bagian modular yang dapat dihubungkan ke Brain Board untuk menciptakan kelompok baru dalam satu kesatuan yang memiliki alur pemrograman yang berbeda-beda.

Masing-masing dari Base Boards akan memiliki sensor yang akan menerima instruksi dari Pucks yang tersambung padanya.

Pucks itu sendiri adalah nyawa dari proyek ini. Pucks itu sebenarnya adalah instruksi coding yang berbentuk fisik.

Beberapa Pucks dapat berupa tombol tekan, tombol putar, ataupun tombol panah.

Mereka dapat digunakan untuk bermacam-macam fungsi seperti untuk menyala-matikan sesuatu, ataupun untuk mengarahkan sesuatu.

Pucks tidak memiliki komponen elektronik di dalamnya, sehingga biaya untuk membuatnya tidaklah mahal.

Pucks bisa terdiri dari sebuah materi plastik yang kuat sampai dengan hanya terdiri dari selembar kertas yang memiliki tinta konduktif di atasnya.

Asalkan mereka memiliki ID kapasitif yang bisa dibaca oleh sensor pada Brain Board, maka mereka bisa berfungsi sebagai Pucks.

Harapannya, dengan adanya Project Bloks ini maka akan ada lebih banyak lagi produk-produk coding untuk melatih anak-anak di pasaran.

Karena dengan platform yang diberikan oleh Project Bloks ini maka biaya untuk membuat satu perangkat coding ataupun maker bisa ditekan semurah mungkin.

Sehingga peluang untuk menjadi maker ataupun inovator akan menjadi lebih terbuka untuk siapapun.

Saat ini Project Bloks masih terus dikembangkan, hanya saja ada beberapa sekolah maupun museum yang sudah diberikan Coding Kit dari Project Bloks ini untuk dikembangkan.

(BACA: Ngeri, Mudik Lewat Tol Cipali, Waspada Saat Lewat Batu Bleneng yang Tak Bisa Dipindah dan Dihancurkan)

Osmo Coding (Play Osmo)

Satu lagi mainan yang bisa membantu mengembangkan logika berpikir untuk coding, yang merupakan modal utama jika ingin menjadi seorang maker.

Namun, kali ini kamu membutuhkan sebuah iPad untuk dijadikan perangkat utama untuk belajar coding.

Sayangnya perangkat android tidak kompatibel, dan hanya berfungsi untuk iPad saja.

Secara singkat, Osmo mengajarkan logika coding melalui permainan yang diinstall ke iPad, di mana ada seekor makhluk yang harus kita pelihara dengan cara memberikannya makan strawberry dan membuatkan tempat tinggal untuknya.

Untuk memberinya makan dan membangun tempat tinggal, kita harus meletakkan sekumpulan blok kecil yang berisikan perintah sederhana seperti jalan, loncat, beraksi, dan sebagainya.

Masing-masing blok bisa ditempelkan dengan instruksi jumlah, misalnya blok jalan ditempel dengan angka 3, maka makhluk bernama Awbie yang berada di iPad akan berjalan sebanyak 3 langkah, dan seterusnya.

Anak-anak tentu akan tertantang untuk menjaga Awbie karena tampilannya yang lucu dan imut, sekaligus belajar logika berpikir coding lewat blok-blok instruksi sederhana yang disertakan oleh Osmo.

Selain Awbie, ada juga versi musik di mana kita bisa membuat musik dengan menggunakan blok yang berbeda-beda. (*)