"Orang cuma disuruh duduk, lidah dilipat, napas dari hidung, duduk aja. Kalau orang yang tidak mau men-switch pikirannya 'Aku harus lakukan. I must do it' itu ya sudah enggak (berhasil)," kata dia.
"Memang setelah tiga hari baru berasa. Jadi ada syaraf yang mencari dengan sendirinya titik akupuntur yang rusak. Tidak boleh digaruk, atau diapakan. Itu harus dengan satu kesabaran sama tekad," ucapnya.
Titiek mengungkapkan bahwa penyakit kanker serviks bisa muncul dari pola hidup yang tidak sehat. Ataupun, kata dia, faktor keturunan.
"Tapi memang dikeluarga saya, bapak saya duluan (meninggal) tahun 1973, cancer. Kakak saya sepuluh tahun yang lalu, cancer. Karena saya dapat dari orangtua saya dapat tinggalan (turunan) banyak sekali kekayaan, asam urat, darah tinggi, kolesterol, jantung, cancer," kata dia lalu tertawa.
Meski sembuh dari penyakit kanker lewat pengobatan meditasi, Titiek tidak mengesampingkan tindakan medis. Ia tetap percaya akan kemampuan para dokter.
Namun, berbagai usaha harus juga ditempuh oleh sang pengidap penyakit di luar tindakan medis. Mungkin saja, kata dia, cara non-medis bisa menyembuhkan seperti yang dirasakan Titiek saat ini.
Titiek pun punya pesan kepada orang yang bertubuh masih sehat. Menurut dia, syukuri dan jaga kesehatan tubuh yang sudah diberikan oleh Sang Pencipta.
"Bagaimana kita harus me-manage diri kita. Semua tuh ada. Anda juga punya. Tapi kalau kita me-manage diri kita dengan baik insya Allah, Tuhan kasih sesuatu yang indah buat kita," tutupnya. (*)