Grid.ID - Fisik tak membatasi ruang hati manusia untuk jatuh cinta.
Mau tinggi mau pendek tak menghalangi orang untuk saling memiliki.
Inilah yang dialami oleh Paulo Gabriel da Silva Barros dan Katyucia Lie Hoshino.
Keduanya adalah pasangan suami istri terkecil di dunia.
Meskipun mereka kurang dari segi tinggi badan, tetapi pasangan ini membuktikan betapa rasa cintanya satu sama lain.
Paulo, yang bekerja sebagai sekretaris hukum, bertemu Katyucia di media sosial dan mulai saling berkomunikasi.
Katyucia, yang memiliki usaha sendiri salon kecantikan sendiri, langsung merasakan percikan api cinta di antara mereka.
Akhirnya mereka pun membuat jadwal kencan pertama kalinya.
(BACA Inilah 5 Pasangan Selebriti yang Rayakan Lebaran Bersama untuk Pertama Kali di Tahun 2017)
Namun, hal untuk memulai hubungan percintaan ternyata tidak mudah bagi mereka.
Mereka pun sempat putus dan memilih jalan mereka sendiri.
Untungnya, Katyucia memutuskan untuk memberikan kesempatan cinta mereka lagi dan dia pun senang melakukannya.
Dan akhirnya mereka meresmikan hubungan mereka sebagai pasangan suami istri.
(BACA Ini Lho, Biaya Vaksin Kanker Serviks Agar Tidak Terlambat Seperti Jupe)
Pasangan Paulo Gabriel da Silva Barros dan Katyucia Lie Hoshino akhirnya dinobatkan sebagai Pasangan Pengantin Terpendek di seluruh dunia dari Guinness World Record.
Keduanya memilki rata-rata ketinggian sekitar 0,9 meter.
"Kami berharap pencatatan baru di Guinness World Record ini mendorong dunia untuk tidak melihat perbedaan fisik orang lain dan memahami semua orang harus diperlakukan sama," kata mereka dalam sebuah pernyataan yang dikutip Grid.ID dari Mirror.uk.
Pasangan tersebut mengatakan bahwa perawakan kecil mereka membuat mereka harus berjuang untuk menggunakan mesin ATM, memakai kamar mandi umum, dan meraih hidangan di meja prasmanan.
(BACA Kejam dan Arogan! Sopir Taksi Online Diminta Telanjang di Tengah Hiruk Pikuk Penumpang Bandara)
"Satu-satunya perbedaan yang saya lihat adalah hal-hal di ruang publik," kata Paulo.
'Misalnya, ATM dibuat untuk orang dengan ketinggian normal. Ini contoh yang sederhana. Seseorang dengan tinggi badan normal memiliki akses tapi sayangnya, kita tidak memiliki akses," ujar Paulo lagi.
Katyucia menambahkan, "Salah satu kesulitan yang saya hadapi adalah ketika menggunakan peralatan di dapur seperti memakai oven, wastafel, mesin cuci, dan membuka jendela atau menutup pintu,"
Keduanya mengatakan bahwa mereka menghadapi diskriminasi atas fisik mereka dan pernah dilecehkan oleh beberapa orang yang melihatnya.
(*)