Find Us On Social Media :

Gunung Anak Krakatau Hampir Setiap Hari Meletus, Sutopo Purwo Nugroho : Masyarakat Dihimbau Tenang

By Andika Thaselia, Jumat, 4 Januari 2019 | 12:44 WIB

Gunung Anak Krakatau hampir setiap hari meletus, Sutopo Purwo Nugroho tegaskan bahwa warga harus tenang dan jalur Merak-Bakauheni tetap aman.

Grid.ID - Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan data bahwa Gunung Anak Krakatau hampir setiap hari meletus.

Data aktivitas Gunung Anak Krakatau ini dipaparkan Sutopo Purwo Nugroho dalam salah satu postingan terbarunya di Instagram.

Dalam postingannya tersebut, Sutopo Purwo Nugroho mengunggah histogram kegempaan harian Gunung Anak Krakatau dalam masa tiga bulan terakhir.

Baca Juga : Muncul 2 Retakan Baru di Gunung Anak Krakatau, BMKG Khawatirkan Tsunami Susulan

Dari akumulasi data tersebut, Gunung Anak Krakatau ditetapkan memasuki Status Siaga (level 3).

Meskipun hampir setiap hari meletus, namun aktivitas ini tergolong masih aman dan tak perlu dirisaukan.

Hanya saja, warga dhimbau untuk berada di luar radius 5 km dari puncak Gunung Anak Krakatau.

Baca Juga : Temukan Hal Tak Biasa di Dasar Laut Selat Sunda Usai Tsunami Gunung Anak Krakatau, TNI AL: Muncul Cekungan Kawah Menyerupai Teluk

Data menunjukkan bahwa aktivitas Gunung Anak Krakatau memiliki intensitas letusan yang cukup tinggi.

Dari data tersebut, tampak intensitas tertinggi letusan Gunung Anak Krakatau terjadi pada kisaran bulan Oktober dan November 2018 lalu.

Meski hampir selalu meletus setiap hari, histogram yang dipantau oleh PVMBG menunjukkan bahwa aktivitas Gunung Anak Krakatau tetap akan 'istirahat' selama beberapa hari.

Baca Juga : BMKG Khawatir Akan Terjadi Tsunami Susulan Usai Temukan 2 Retakan Baru di Badan Gunung Anak Krakatau

Baru setelahnya, Gunung Anak Krakatau akan meletus secara beruntun, dan siklus ini akan terjadi secara berulang-ulang.

Dalam kolom keterangan unggahan akun @sutopopurwo pagi tadi (4/1/2019), Sutopo Purwo Nugroho juga menjelaskan data aktivitas Gunung Anak Krakatau pada tanggal 3 Januari 2019 kemarin.

Data menunjukkan, pada 3 Januari 2019 dari pukul 00.00 - 24.00 WIB, Gunung Anak Krakatau mengalami 37 kali letusan.

Baca Juga : Pasca Tsunami di Selat Sunda, BMKG Pasang Alat Peringatan Dini Tsunami di Sekitar Gunung Anak Krakatau

Data juga mencatat bahwa Gunung Anak Krakatau mengalami 42 kali hembusan, 1 kali gempa vulkanik dangkal, dan 2 kali gempa vulkanik dengan tremor menerus.

Dalam siklus erupsi ini, asap kawah Gunung Anak Krakatau terpantau bertekanan sedang hingga kuat dengan warna asap bervariasi dari putih, kelabu, hingga hitam.

Intensitas asap cukup tebal dengan ketinggian 2.000 meter dari puncak kawah.

Baca Juga : Tak Hanya Gunung Anak Krakatau, Ini 3 Gunung Berapi di Indonesia yang Erupsi di Bulan Desember 2018

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Sutopo Purwo Nugroho menghimbau agar warga tetap tenang di tengah aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau ini.

Sutopo Purwo Nugroho juga memberi penjelasan bahwa jalur pelayaran vital dari Pelabuhan Merak dan Pelabuhan Bakauheni tetap aman.

"Masyarakat dihimbau tenang.

Baca Juga : Tinggi Gunung Anak Krakatau Susut Jadi 110 MDPL Pasca Meletus!

"Jalur pelayaran Merak - Bakaheuni (Bakauheni, red.) aman.

"Tidak terpengaruh letusan," jelas Sutopo Purwo Nugroho.

Selama ini warga kerap khawatir dengan dampak letusan Gunung Anak Krakatau.

Baca Juga : Status Gunung Anak Krakatau Naik ke Siaga III, Material Vulkanik Hanyut hingga Kepulauan Seribu

Banyak yang menyangka bahwa erupsi Gunung Anak Krakatau ini akan sama seperti peristiwa bersejarah letusan Gunung Krakatau tahun 1883.

Di mana saat itu, letusan Gunung Krakatau menyebabkan tsunami besar setinggi 36 meter.

Dalam unggahannya yang lain, Sutopo Purwo Nugroho menegaskan bahwa letusan Gunung Anak Krakatau dengan letusan Gunung Krakatau pada 1883 ini mempunyai efek yang berbeda.

Baca Juga : Gunung Anak Krakatau Kembali Bergejolak, BMKG Kembali Keluarkan Himbauan

Hal ini terjadi karena pada saat itu, letusan Gunung Krakatau melibatkan tiga gunung lainnya.

Yakni Gunung Rakata (Gunung Krakatau), Gunung Danan, dan Gunung Perbuatan.

"Tahun 1883, tiga gunung di Selat Sunda (G.Rakata, G.Danan. G.Perbuatan) meletus bersamaan.

Baca Juga : 5 Gunung Api di Indonesia Berstatus Awas dan Waspada, Gunung Anak Krakatau Ada di Level 3!

"Letusannya besar dan menimbulkan tsunami besar setinggi 36 meter.

"Lalu gunungnya hilang.

"Lalu 1927 muncul Gunung Anak Krakatau (GAK).

Baca Juga : Inilah 2 Gunung Api di Indonesia yang Letusannya Lebih Dahsyat dari Erupsi Gunung Anak Krakatau 1883

"Tidak mungkin letusan GAK akan sama tahun 1883," tegas Sutopo Purwo Nugroho.

Sutopo Purwo Nugroho juga menyoroti isu retakan yang tampak terjadi di Gunung Anak Krakatau.

Dan menurut Sutopo Purwo Nugroho, hal ini adalah hal yang normal.

Baca Juga : Warga Pulau Sebesi Terkurung Abu Vulkanik Gunung Anak Krakatau : Kondisinya Sangat Mencekam

Ia juga kembali menegaskan agar masyarakat jangan cepat terperdaya kabar yang belum tentu kebenarannya dan menunggu info yang jelas dari PVMBG.

"Gunung Anak Krakatau tidak akan meletus seperti ibunya (Gunung Krakatau) tahun 1883.

"Jika ditemukan ada retakan saat ini.

Baca Juga : Statusnya Naik Menjadi Siaga, Inilah 5 Potret Bukti Dahsyatnya Erupsi Gunung Anak Krakatau di Akhir Tahun 2018

"Itu wajar pada gungapi pascaletusan.

"Percayakan pada PVMBG selaku otoritas pemantau gunugapi.

"Mereka punya alat, SDM, ilmu dan pengalaman," lanjut Sutopo Purwo Nurgoho.

Baca Juga : PVMBG : Volume Magma Gunung Anak Krakatau Meningkat dan Lubang Kawah Membesar

(*)