Sungguh menyedihkan bagi orang tuanya untuk melihat dia mengalami kemoterapi yang menyakitkan pada usia muda, tapi Daniel terbukti kuat saat dipulangkan ke rumah untuk ulang tahunnya yang pertama.
Namun leukemianya segera kembali, dan dokter mengatakan bahwa ia juga mengalami benjolan di otaknya.
Meskipun banyak perawatan kemoterapi untuk mengatasi AML yang sekarang ada dalam darah dan sumsum tulangnya, Daniel secara tragis mengidap parainfluenza (infeksi pernafasan) pada bulan Juni 2017, dan tidak dapat melawan infeksi tersebut.
(BACA: Daftar Rilis 21 Film Disney dari 2017 Sampai 2019, Siapkan Uang Buat Tiket Bioskop!)
Daniel harus menggunakan alat bantu untuk bertahan hidup, dan ini membuat Daniel semakin sulit untuk bertahan.
Dengan keputusan yang sangat berat, akhirnya pasangan itu merelakan anaknya pergi dengan melepas alat bantu untuk Daniel.
Mereka sendiri sudah tidak tega dan tidak tahan melihat penderitaan yang dialami oleh Daniel.
"Kami tahu bahwa kejadian ini akan terulang sekitar dua tahun lagi, dan kami tidak yakin bahwa kamu bisa melaluinya lagi.” ucap Ali dengan terbata-bata.
“Kami tahu bahwa kami tidak akan bisa membawanya kembali ke dunia. Daniel selalu tersenyum dan tertawa, mungkin ini terdengar gila, tapi Daniel memang tidak terlihat seperti bayi yang sakit.”
“Saat dia sakit, dia hanya diam, ya.. dia hanya diam." ujar Ali sedih.
Ketika Ali bercerita di pemakaman Daniel, semua orang dengan sontak menangis.
Tapi Ali? Tidak, ia berusaha sekuat mungkin untuk tidak menangis.
(BACA: Beginilah Penampilan Bumi 335 Juta Tahun yang Lalu Jika Negara-Negara Sudah Ada)
Mengapa?
Karena Daniel sendiri tidak pernah menangis meski ia kesakitan, bahkan ia selalu tersenyum untuk orang tuanya ketika ia meninggal. (*)