Para mahasiswa lainnya yang melihat kejadian ini bukannya menolong malah ikut menonton sambil bertepuk tangan.
Menanggapi hal ini, Rektor Universitas Gunadarma, Prof. Dr. E. S. Margianti, SE., MM menyatakan, sepertinya apa yang dilakukan oleh mahasiswanya itu adalah sekedar bergurau dan menggoda.
(Baca : Wah, Pretty Asmara, Mengaku 2 Tahun Ini Menjadi Pengedar Narkoba, Begini Penjelasan Polisi )
Ada tiga pelaku yang melakukan hal itu dan anak yang disebut dalam video itu, normal, bukan berkebutuhan khusus. Atas hal ini, keluarga tidak terima anaknya disebut seperti itu.
"Mahasiswa kami tidak autis. Mungkin sepertinya fotonya agak autis. Tapi dia itu lolos tes kesehatan dan anti-narkoba. Bahkan, IPK nya 3,07. Satu di antara tiga yang menggoda pun ada yang kalah IPKnya," ucap Margianti saat berada di STMIK Primakara Denpasar Bali, Selasa (18/7/2017) kepada awak media.
Dengan hal itu, pihaknya mengaku bahwa human interest di masyarakat Indonesia cukup tinggi.
Artinya, masyarakat sangat melindungi orang berkebutuhan khusus.
(Baca : Jeritan Hati Ina Thomas, Setelah Kasus Pemukulan Anaknya yang Kini Menjadi Tersangka )
Kemensos sudah mengirimkan Dirjen untuk menangani kasus ini.
"Pihak keluarga menyerahkan pada kampus, supaya mengurus dengan baik. Dan keluarga tidak mau melakukan penuntutan hingga berujung kriminal."
"Karena memang itu sekedar bercandaan antara teman-teman sendiri."
"Tapi yang perlu diketahui, bahwa cukup besar empati masyarakat terhadap orang berkebutuhan khusus, dan ini baik," ungkapnya.