Aku bukan malaikat.
Perasaan marah, sedih, kecewa semua ada sebagai manusia yang penuh dengan nafsu manusiawi.
Suamiku sabar berterusan mendidikku dekat dengan Allah.
Aku khatam berkali-kali buku "202 Tips Poligami".
Ada satu ayat yang sangat menyentak terus hatiku yang dalam kesedihan.
"Apa bukti aku cinta pada Allah melebihi dari suamiku jika aku menentang keras syari'at Allah yang satu ini, sedangkan suamiku sangat berkemampuan untuk adil."
Allah tidak membebani hambaNya melainkan sesuai dengan kemampuanNya.
Asalnya aku melihat poligami ini satu ujian.
Aku coba telusuri hidup Rasulullah saw.
Kehidupan jauh penuh dengan ujian, dari kecil kehilangan seorang demi seorang yang Rasul sayangi.
Allahu ujian apakah ini melainkan untuk mengangkat derajat Rasul makin mendekat kepada Allah.
Apakah pantas hasil dari sabar dengan ujian dapat bertemu dengan Allah itu digelar ujian?