Grid.ID - Wanita yang menjadi ibu 6 orang anak ditemukan tewas oleh anak perempuan setelah overdosis obat untuk menyembuhkan lukanya.
Emma May, 34, berjuang dengan kecanduan obat Tramadol sebelum kematian tragisnya.
Dua kotak kosong dari tablet yang ditemukan di sampingnya.
Lukanya muncul akibat dari kecelakaan saat dia menabrak Tim Healy, relawan Royal Marinir, di Millbay pada tanggal 18 Januari 2016.
Pada pemeriksaan kematiannya kemarin, Andrew Cox menyimpulkan bahwa kematiannya terkait narkoba.
Dia menambahkan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Emma meninggal karena kecelakaan.
Setelah kejadian, dia justru banyak mengkonsumi Tramadol, semacam obat penghilang rasa sakit.
Keluarganya menggambarkan bagaimana dia tidak dapat memaafkan dirinya sendiri atas kelalaian kecelakaan itu.
Ibu Emma, Janice berkata, "Emma punya masalah, kami memiliki hubungan yang penuh gejolak dan kami berdebat tapi kami akan selalu mencari jalan keluar. Dia berapi-api tapi dia akan melakukan apapun untuk siapapun dan memiliki hati emas meski ada masalah. Dia memiliki begitu banyak teman dan orang yang mencintainya. Dia hanyalah Emma kami yang terang dan ceria."
Adik perempuannya, Paula Howarth (25) menambahkan, "Jika saya membutuhkan seseorang untuk membela saya atau berada di sudut saya, dia akan berada di sana. Dia adalah kakak perempuan saya yang kuat."
Janice menggambarkan anak perempuan tertuanya sebagai gadis bermasalah yang terpukul dan depresi oleh kecelakaan pada tahun 2016.
"Dia benar-benar merasa bersalah setelah kecelakaan itu dan mengalami depresi. Saya pikir itu pasti memukul perasaannya dengan serius. Pada saat itu, dia minum alkohol dan saya pikir dia memiliki masalah dan tidak tahu bagaimana cara menghadapinya," ujar Janice.
Dokter dari Pusat Bedah Friary House di Ebrington Street, telah membuat resep Tramadol setelah Emma May mengatakan kepadanya bahwa dia telah kehilangan resep sebelumnya sehingga tidak bisa membeli resep obat.
Pemeriksaan yang dilakukan di Pengadilan Plymouth Coroner, Inggris, juga mendengar bahwa dia telahy mengumpulkan resep atas nama anggota keluarga sebagai cara untuk mendapatkan tablet tambahan.
Ia membeli resep obat itu sebagai bentuk kecanduannya terhadap Tramadol.
Dokter yang menangani Emma, Dr Tracey O'Leary, mengatakan alasan Emma May membutuhkan jumlah Tramadol selalu tampak masuk akal.
Dia berkata, "Dalam 25 tahun saya menjadi seorang dokter, saya tidak pernah memiliki seseorang yang berbohong tentang seorang anggota keluarga yang sekarat untuk mendapatkan sebuah resep. Saya tidak berpikir itu akan menjadi sesuatu yang dia bohongi. Tidak ada yang membuat saya berpikir itu bukan permintaan yang tulus."
Jaksa Mr Cox menyarankan agar ada lebih banyak pencegahan yang harus dilakukan setiap operasi sehingga pasien tidak mengalami kecanduan obat.
Berbicara setelah pemeriksaan atas kematian Emma May, ibu Emma, Janice, mengatakan bahwa perubahannya akan terlambat bagi putrinya.
"Sudah terlambat bagi Emma tapi mudah-mudahan ini tidak terlalu terlambat bagi orang lain. Sayang sekali kami harus kehilangan anak perempuan, saudara perempuan," ujar Janice.
Jaksa Cox membela kebutuhan Emma akan Tramadol.
(BACA 5 Berita Terpopuler, Mulai Paras Cantik PNS Wanita Hingga Bahayanya Diet Dengan Lemon)
Dia mengatakan bahwa Emma pasti kesakitan setelah kecelakaan itu dan benar-benar membutuhkan pembunuh rasa sakit itu.
Dia berkata, "Emma mengalami tabrakan lalu lintas dan sangat menderita akibatnya. Menurut saya Emma adalah pecandu dan sebagai pecandu dia harus memberi makan kebiasaannya"
Penggunaan Tramadolnya oleh Emma sebenarnya masih wajar saja dia mulai mengkonsumsinya sejak tahun 2013, saat ia sakit punggung.
Konsumsi ini bertambah setelah kecelakaan pada Januari 2016.
Tragisnya, dia ditemukan tewas oleh putrinya, Abi di rumahnya dengan bukti dua blister kemasan Tramadol yang kosong di sisinya.
Suaminya, Paul May, mengatakan tentang bagaimana istrinya sebelumnya telah mengkonsumsi kokain.
Istrinya telah menderita terkait masalah kesehatan karena penyalahgunaan narkoba dan alkohol. (*)