Pengadilan Rakyat Tingkat Menengah Baiyin menjelaskan bahwa pihak kepolisian telah mencurigai Gao sejak tahun 2004 silam.
Saat itu, polisi untuk pertama kalinya menyimpulkan bahwa seluruh pembunuhan yang telah terjadi terkait satu sama lain.
"Pelaku memiliki penyimpangan seksual dan membenci wanita," ujar polisi pada tahun 2004 silam seperti yang dikutip Grid.ID dari The Daily Telegraph.
Baca Juga : Negeri Kaya Raya Brunei Darussalam Jatuh dalam Resesi, Kini Minta Bantuan China
Pihak kepolisian pun sempat menawarkan hadiah sebesar 200 ribu yuan atau sekitar 30 ribu dollar bagi pemberi informasi terkait keberadaan Gao Chengyong.
"Dia tertutup dan tidak ramah, tetapi sabar," tambah pihak kepolisian.
Awalnya tak ada yang menduga bahwa Gao telah melakukan pembunuhan berantai yang amat sadis.
Sebab, dirinya dikenal sebagai pria pemilik toko kelontong yang baik.
Baca Juga : Tak Mau Kalah dari Amerika Serikat, China Pamerkan Jet Tempur Siluman Pertamanya
Aksi sadis Gao terungkap setelah salah seorang kerabat Gao terlibat kejahatan kecil.
Polisi mengumpulkan dan melakukan uji DNA terhadap kerabat Gao tersebut dan menemukan kemiripan dengan DNA pelaku pembunuhan berantai yang tengah mereka incar.
Setelah menemukan kecocokan antara DNA Gao dengan sang pelaku pembunuhan berantai, akhirnya Gao ditangkap pada tahun 2016 saat sedang berada di toko kelontongnya.
Pada bulan Maret 2018 lalu, Gao akhirnya divonis hukuman mati oleh pengadilan. (*)